Analisis Pengaruh Pekerjaan Bawah Laut Dan Darat Terhadap Addendum Proyek Dengan Pekerjaan Waktu Tersisa (EAS) Studi Kasus Proyek Pembangunan (Single Point Mooring) SPM Pengapon
Abstract
Proyek konstruksi di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang semakin pesat
dan ini juga sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya proyek yang sedang berlangsung di Indonesia baik dilakukan oleh pemerintah
ataupun oleh pihak swasta. Pada penelitian ini penulis meninjau lokasi di Semarang, Jawa
Tengah yaitu Proyek Pembangunan Single Point Mooring Pengapon.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara jumlah waktu
addendum realisasi dan addendum berdasarkan perkiraan waktu tersisa, faktor-faktor
utama yang menyebabkan munculnya addendum apabila ditinjau dari sudut pandang
pelaksanaan pekerjaan di bawah laut dan di darat pada proyek SPM Pengapon dan
penyebab deviasi pelaksanaan perbulannya. Dalam mencapai tujuan tersebut maka
digunakan metode earned value concept dengan data pendukung kurva s dari periode bulan
Juli 2019 hingga Desember 2021.
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa penambahan
waktu pada addendum pertama adalah selama 90 hari dengan total durasi proyek menjadi
selama 630 hari, namun, berdasarkan analisis pada waktu sebelum addendum yaitu pada
bulan ke-18 adalah selama 543 hari atau hanya terjadi keterlambatan selama 3 hari.
Sedangkan pada addendum kedua diajukan penambahan waktu selama 210 hari dengan
total durasi proyek menjadi selama 840 hari, namun didapatkan nilai EAS pada bulan ke21
adalah
selama
631
hari
atau
terjadi
keterlambatan
selama
1
hari.
Adapun
faktor-faktor
yang
menyebabkan
addendum
dikarenakan
terdapat
beberapa
perizinan
yang
masih
dalam
tahap
proses,
terdapat
revisi
desain
pada
Mooring
Analysis
sehingga
pengadaan
material
Single
Point Mooring, terjadi keterlambatan persetujuan terhadap revisi desain PLEM
(Pipeline End Manifold), keterlambatan serah terima lahan milik PT. Kereta Api Indonesia,
keterlambatan fabrikasi PLEM (Pipeline End Manifold) yang merupakan aspek pekerjaan
Single Point Mooring. Deviasi terbesar selama pelaksanaan proyek berlangsung terjadi
pada awal pelaksanaan proyek disebabkan oleh beberapa hal yaitu, pekerjaan persiapan dan
engineering sudah dimulai sebelum Effective Date Conctract (EDC), beberapa perizinan
pekerjaan lain seperti pekerjaan penggelaran pipa belum disetujui sehingga pekerjaan
tersebut harus ditunda hingga perizinan sudah disetujui, dan saat perizinan sudah keluar,
pekerjaan pipa bawah laut langsung dimulai dan pekerjaan ini juga dilakukan selama 24
jam dalam sehari yang diterapkan selama kurang lebih 1 bulan dengan panjang instalasi
pipa sepanjang 11.8 km.
Collections
- Management [4539]