Show simple item record

dc.contributor.advisorIr. Fitri Nugraheni, S.T., M.T., Ph.D, IP-M
dc.contributor.advisorProf. Dr. Ir. Achmad Djunaedi, MUP.
dc.contributor.authorMUSTOPO
dc.date.accessioned2022-12-05T03:50:55Z
dc.date.available2022-12-05T03:50:55Z
dc.date.issued2022-08-01
dc.identifier.urihttps://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/40792
dc.description.abstractProyek konstruksi di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang semakin pesat dan ini juga sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya proyek yang sedang berlangsung di Indonesia baik dilakukan oleh pemerintah ataupun oleh pihak swasta. Pada penelitian ini penulis meninjau lokasi di Semarang, Jawa Tengah yaitu Proyek Pembangunan Single Point Mooring Pengapon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara jumlah waktu addendum realisasi dan addendum berdasarkan perkiraan waktu tersisa, faktor-faktor utama yang menyebabkan munculnya addendum apabila ditinjau dari sudut pandang pelaksanaan pekerjaan di bawah laut dan di darat pada proyek SPM Pengapon dan penyebab deviasi pelaksanaan perbulannya. Dalam mencapai tujuan tersebut maka digunakan metode earned value concept dengan data pendukung kurva s dari periode bulan Juli 2019 hingga Desember 2021. Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa penambahan waktu pada addendum pertama adalah selama 90 hari dengan total durasi proyek menjadi selama 630 hari, namun, berdasarkan analisis pada waktu sebelum addendum yaitu pada bulan ke-18 adalah selama 543 hari atau hanya terjadi keterlambatan selama 3 hari. Sedangkan pada addendum kedua diajukan penambahan waktu selama 210 hari dengan total durasi proyek menjadi selama 840 hari, namun didapatkan nilai EAS pada bulan ke21 adalah selama 631 hari atau terjadi keterlambatan selama 1 hari. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan addendum dikarenakan terdapat beberapa perizinan yang masih dalam tahap proses, terdapat revisi desain pada Mooring Analysis sehingga pengadaan material Single Point Mooring, terjadi keterlambatan persetujuan terhadap revisi desain PLEM (Pipeline End Manifold), keterlambatan serah terima lahan milik PT. Kereta Api Indonesia, keterlambatan fabrikasi PLEM (Pipeline End Manifold) yang merupakan aspek pekerjaan Single Point Mooring. Deviasi terbesar selama pelaksanaan proyek berlangsung terjadi pada awal pelaksanaan proyek disebabkan oleh beberapa hal yaitu, pekerjaan persiapan dan engineering sudah dimulai sebelum Effective Date Conctract (EDC), beberapa perizinan pekerjaan lain seperti pekerjaan penggelaran pipa belum disetujui sehingga pekerjaan tersebut harus ditunda hingga perizinan sudah disetujui, dan saat perizinan sudah keluar, pekerjaan pipa bawah laut langsung dimulai dan pekerjaan ini juga dilakukan selama 24 jam dalam sehari yang diterapkan selama kurang lebih 1 bulan dengan panjang instalasi pipa sepanjang 11.8 km.en_US
dc.subjectAddendumen_US
dc.subjectkonsep nilai hasilen_US
dc.subjectsingle point mooringen_US
dc.titleAnalisis Pengaruh Pekerjaan Bawah Laut Dan Darat Terhadap Addendum Proyek Dengan Pekerjaan Waktu Tersisa (EAS) Studi Kasus Proyek Pembangunan (Single Point Mooring) SPM Pengaponen_US
dc.Identifier.NIM18914018


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record