Evaluasi Standarisasi Mutu Produk Patilo Pada Industri Rumah Tangga Karya Cipta Manunggal Kabupaten Gunungkidul
Abstract
Kepuasan konsumen menjadi tolok ukur keberhasilan suatu bisnis. Hal tersebut
berlaku dalam era perdagangan bebas dengan kondisi persaingan ketat. Kepuasan
konsumen tercapai bila kualitas berkenaan bagi pemakainya. Dengan melihat realita
salah satunya pada bisnis makanan, memiliki inovasi dan kreatifitas adalah janji bahwa
produk akan terpilih. Salah satu inovasi tersebut dengan kemunculan patilo (pati ketela
pohon), yaitu sejenis kerupuk berbahan baku ubi kayu. Karena nilainya yang ekonomis
maka dipilihlah ubi kayu sebagai bahan baku kerupuk tersebut. Namun adanya gagasan
patilo pertama kali di Gunungkidul membuat harga ubi kayu terus membaik. Selain
inovasi dan kreatifitas, kualitas sebagai penjamin bahwa produk aman dan layak
dikonsumsi. Spesifikasi penilaian terhadap produk dibakukan sehingga membentuk
standar mutu. Salah satu standar mutu di Indonesia adalah Standar Nasional Indonesia
yang dibuat oleh Badan Standarisasi Nasional. Produk yang sesuai standar adalah prouk
yang berkualitas. Untuk menilai kualitas patilo digunakan SNI 2713.1:2009 mengenai
syarat mutu produk dengan kategori kerupuk menggunakan uji sensori dan kadar air.
Menurut penelitian yang dilakukan pada industri rumah tangga Karya Cipta
Manunggal, industri penghasil patilo terbesar di Kabupaten Gunungkidul, untuk uji
sensori standar minimal adalah skor 7 penilaian didasarkan pada spesifikasi
kenampakan, bau, rasa, tekstur, dan keberadaan jamur menunjukkan bahwa dari 10
sampel patilo dari masing-masing periode produksi Januari, Maret, Mei, Juli,
September, dan November tahun 2011 pada spesifikasi kenampakan menunjukan
bahwa patilo telah sesuai standar dengan nilai rata-rata 7,05; uji bau belum sesuai
standar dengan nilai 6,95; uji rasa belum sesuai standar dengan nilai 6,7; uji tekstur
belum sesuai standar dengan nilai 5,34; dan uji keberadaan jamur dengan nilai 8,34.
Sedangkan uji kadar air menunjukkan bahwa dengan standar maksimal 12% maka
patilo tidak sesuai standar karena kadar air patilo menunjukkan rata-rata 14,37%.
Ketidaksesuaian terhadap standar mutu patilo didominasi oleh faktor cuaca dan curah
hujan yang tidak mendukung adanya proses produksi berlangsung optimal yaitu pada
bulan-bulan tertentu terjadi hujan dengan intensitas tinggi yang mempengaruhi kualitas
ubi kayu maupun proses pengolahan patilo.
Collections
- Management [4703]