Show simple item record

dc.contributor.advisorDrs. Nursya’bani Purnama, M. Si,
dc.contributor.authorNurul Shulu A
dc.date.accessioned2022-01-05T06:55:32Z
dc.date.available2022-01-05T06:55:32Z
dc.date.issued2012
dc.identifier.urihttps://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/35646
dc.description.abstractKepuasan konsumen menjadi tolok ukur keberhasilan suatu bisnis. Hal tersebut berlaku dalam era perdagangan bebas dengan kondisi persaingan ketat. Kepuasan konsumen tercapai bila kualitas berkenaan bagi pemakainya. Dengan melihat realita salah satunya pada bisnis makanan, memiliki inovasi dan kreatifitas adalah janji bahwa produk akan terpilih. Salah satu inovasi tersebut dengan kemunculan patilo (pati ketela pohon), yaitu sejenis kerupuk berbahan baku ubi kayu. Karena nilainya yang ekonomis maka dipilihlah ubi kayu sebagai bahan baku kerupuk tersebut. Namun adanya gagasan patilo pertama kali di Gunungkidul membuat harga ubi kayu terus membaik. Selain inovasi dan kreatifitas, kualitas sebagai penjamin bahwa produk aman dan layak dikonsumsi. Spesifikasi penilaian terhadap produk dibakukan sehingga membentuk standar mutu. Salah satu standar mutu di Indonesia adalah Standar Nasional Indonesia yang dibuat oleh Badan Standarisasi Nasional. Produk yang sesuai standar adalah prouk yang berkualitas. Untuk menilai kualitas patilo digunakan SNI 2713.1:2009 mengenai syarat mutu produk dengan kategori kerupuk menggunakan uji sensori dan kadar air. Menurut penelitian yang dilakukan pada industri rumah tangga Karya Cipta Manunggal, industri penghasil patilo terbesar di Kabupaten Gunungkidul, untuk uji sensori standar minimal adalah skor 7 penilaian didasarkan pada spesifikasi kenampakan, bau, rasa, tekstur, dan keberadaan jamur menunjukkan bahwa dari 10 sampel patilo dari masing-masing periode produksi Januari, Maret, Mei, Juli, September, dan November tahun 2011 pada spesifikasi kenampakan menunjukan bahwa patilo telah sesuai standar dengan nilai rata-rata 7,05; uji bau belum sesuai standar dengan nilai 6,95; uji rasa belum sesuai standar dengan nilai 6,7; uji tekstur belum sesuai standar dengan nilai 5,34; dan uji keberadaan jamur dengan nilai 8,34. Sedangkan uji kadar air menunjukkan bahwa dengan standar maksimal 12% maka patilo tidak sesuai standar karena kadar air patilo menunjukkan rata-rata 14,37%. Ketidaksesuaian terhadap standar mutu patilo didominasi oleh faktor cuaca dan curah hujan yang tidak mendukung adanya proses produksi berlangsung optimal yaitu pada bulan-bulan tertentu terjadi hujan dengan intensitas tinggi yang mempengaruhi kualitas ubi kayu maupun proses pengolahan patilo.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectEvaluasi Standarisasi Mutu Produk Patiloen_US
dc.subjectIndustri Rumah Tanggaen_US
dc.subjectKarya Cipta Manunggal Kabupaten Gunungkidulen_US
dc.titleEvaluasi Standarisasi Mutu Produk Patilo Pada Industri Rumah Tangga Karya Cipta Manunggal Kabupaten Gunungkidulen_US
dc.Identifier.NIM08311145


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record