Show simple item record

dc.contributor.advisorYazid
dc.contributor.authorSubhan Pranursyah
dc.date.accessioned2020-11-25T08:43:40Z
dc.date.available2020-11-25T08:43:40Z
dc.date.issued2006
dc.identifier.urihttps://dspace.uii.ac.id/123456789/25429
dc.description.abstractSejak krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1997, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih sangat lamban, dengan laju pertumbuhan di bawah 5% per tahun. Setelah mengalami laju pertumbuhan negative sebesar lebih dari 13% pada tahun 1998, pada tahun-tahun selanjutnya perekenomian Indonesia mencoba bangkit dan mengalami pertumbuhan positif. Masalahnya adalah laju pertumbuhan tersebut belum bisa kembali normal seperti sebelum tahun 1997, dimana laju perekonomian rata-rata mencapai 7% per tahun. Kondisi perekonomian yang seperti ini tentunya dapat menurunkan daya beli masyarakat Indonesia, pendapatan yang biasanya cukup bahkan lebih sebelum terjadinya krisis moneter menjadi kurang setelah terjadinya krisis moneter. Sedangkan harga-harga barang baik itu kebutuhan pokok maupun kebutuhan sekunder melambung tinggi. Hal tersebut tentunya membuat pelaku bisnis Indonesia harus memutar otaknya untuk tetap survive di perekonomian yang tidak menentu, ini tentunya akan meningkatkan persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat. Perusahaan perusahaan harus mengganti kebijakan bisnisnya agar produk yang dihasilkannya tetap bisa diterima oleh masyarakat luas. Meningkatnya intensitas persaingan dan kemudahan masuknya teknologi membuat setiap bisnis manufaktur, jasa atau sumber-sumber alam akan memiliki masa depan yang suram apabila tidak dapat mengembangkan produknya dari fungsi pokok (tingkat inti) nya dengan baik. Dalam kenyataan inovasi amat jarang terjadi, ironisnya begitu suatu inovasi ditemukan akan dengan cepat ditiru olah pihak lain Hal ini tentu menarik perhatian para pembajak untuk ikut bersaing di dunia bisnis, dengan sarana teknologi yang tersedia bukanlah pekerjaan yang sulit bagi pembajak untuk membajak suatu produk. Ditambah dengan berubahnya gaya hidup masyarakat yang tentunya menimbulkan kebutuhan baru dan juga kurang berfungsinya hukum di Indonesia pada saat itu dalam menanggulangi masalah pembajakan. Ini tentunya menjadi sorga bagi pembajak untuk melancarkan aksinya dan meraup keuntungan yang sebesar-besarnya. Berdasarkan latar belakang diatas serta melihat besarnya angka pembajakan di Indonesia, maka penulis tertarik ingin melakukan penelitian untuk mengetahui seberapa besar keinginan konsumen dalam membeli produk bajakan yang dipengaruhi oleh Sikap Patuh Hukum, Sikap Konsumen terhadap Pembelian Produk Bajakan serta Harapan performa Produk Bajakan itu sendiri. Karena mau tidak mau tingginya angka pembajakan di Indonesia dapat disebabkan pula oleh kondisi masyarakat yang masih cenderung untuk membeli produk bajakan. Dalam penelitian ini, produk yang diteliti adalah CD Bajakan dengan sampel Mahasiswa UII Yogyakarta.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectSikap Patuh Hukumen_US
dc.subjectSikap Pembelian Produk Bajakanen_US
dc.subjectHarapan Kinerja Produken_US
dc.subjectKeinginan Membeli Produk Bajakanen_US
dc.subjectStudi Kasus Konsumen CD di UII Yogyakartaen_US
dc.titlePengaruh Sikap Patuh Hukum dan Sikap Pembelian Produk Bajakan serta Harapan Kinerja Produk terhadap Keinginan Membeli Produk Bajakan Studi Kasus Konsumen CD di UII Yogyakartaen_US
dc.Identifier.NIM02311036


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record