PENANGANAN POLISI TERHADAP DEMONSTRASI DI MAKASSAR
Abstract
Penelitian ini bertujuari untuk mengetahui faktor penyebab bentrok antara polisi
dengan demonstran (mahasiswa) dalam penanganan demonstrasi di Makassar dan
menganalisis apakah polisi dalam pefianganan demonstrasi berdasarkan prosedur
atau tidak, serta ingin mengetahui pendekatan-pendekatan yang diteinpuh polisi
dalam peiianganan demonstrasi, seperti pendekatan kultu: dalam ha1 ini adalah
budaya setempat yakni budaya siri ' nn pncce.
Peilelitian ini didasarkan pada penggabungan penelitian normatif dengan
pendekatan perundang-undangan (statue nppronch)dengan mengkaji Undangundang,
selanjutnya menggunakan penelitian sosiologis. Adapun sumber data
berdasarkan dua pendekatan penelitian tersebut adalah data primer yakni data
yang didapat langsung dari lapangan, seperti meiode wawancara, angket dan
observasi, selain itu data sekunder yakni tidak didapat dari lapangan tetapi dalam
bentuk bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.
Sedangkan analisis dengan menghimpun data dan hasil wawancara, observasi
serta angket kemudian dikaitkan dengan peraturan yang ada dengan
mengggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif setelah itu ditarik kesimpulan
dengan menggunakan metode induktif.
Hasil penelitian dapat disimpulkan, pertnmn bahwa penyebab terjadinya bentrok
antara polisi dan demostran, disebabkan budaya hukum internal kepolisian yang
bermasalah , yakni masalah integritas (dalarn ha1 ini adalah kejujuran dan
keparuhan pada aturan), masalah profesionalisme (berkaitan dengan motivasi,
pendidikan, dan gaji), serta masalah keteladananlkepemimpinan. Selanjutnya
pemicu bentrok juga disebabkan budaya hukum eksternal yakni budaya hukum
dari masyarakatl mahasiswa, diantaranya;para pendemo tidak mengindahkan
aturan-aturan dalam berdemonstrasi, komunikasi yang tidak terbangun antara
pihak kepolisian dengan pihak mahasiswa juga dengan pemerintah, pemberitaan
media yang tidak berimbang, adanya stereotyping yang negatif, lemahnya
pengawasan internal dari kampus (PR IIIIWR 1II)dan yang terakhir adanya
provokator dalam setiap demonstasi.Kedua, Polisi dalam pengamanan
demonstrasi di Makassar masih menyalahi prosedur demonstrasi, seperti
melakukan kekerasan, serta belum memahami konsep partnership building dan
ketiga, Polisi dalam pengamanan demonstrasi di Makassar belum menggunakan
pendekatan-pendekatan culture, seperti pendekatan Polmas dengan mengadopsi
nilai-nilai budaya siri ria 'pacce.
Berdasarkan penelitian, maka dapat disimpulkan polisi masih belum optimal
dalam penanganan demonstrasi, akhirnya peneliti, merekomendasikan untuk
merekonstuksi budaya organisasi kepolisian serta mengintensipkan komunikasi
Antara polisil pemerintah dengan demonstran (mahasiswa), serta menggunakan
pendekatan-pendekatan kultur dalam penanganan demonstrasi,
Collections
- Master of Law [1447]