Show simple item record

dc.contributor.authorFIRMANSYAH, 13912095
dc.date.accessioned2018-07-19T16:03:16Z
dc.date.available2018-07-19T16:03:16Z
dc.date.issued2015-03-27
dc.identifier.urihttps://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/8868
dc.description.abstractPenelitian ini bertujuari untuk mengetahui faktor penyebab bentrok antara polisi dengan demonstran (mahasiswa) dalam penanganan demonstrasi di Makassar dan menganalisis apakah polisi dalam pefianganan demonstrasi berdasarkan prosedur atau tidak, serta ingin mengetahui pendekatan-pendekatan yang diteinpuh polisi dalam peiianganan demonstrasi, seperti pendekatan kultu: dalam ha1 ini adalah budaya setempat yakni budaya siri ' nn pncce. Peilelitian ini didasarkan pada penggabungan penelitian normatif dengan pendekatan perundang-undangan (statue nppronch)dengan mengkaji Undangundang, selanjutnya menggunakan penelitian sosiologis. Adapun sumber data berdasarkan dua pendekatan penelitian tersebut adalah data primer yakni data yang didapat langsung dari lapangan, seperti meiode wawancara, angket dan observasi, selain itu data sekunder yakni tidak didapat dari lapangan tetapi dalam bentuk bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Sedangkan analisis dengan menghimpun data dan hasil wawancara, observasi serta angket kemudian dikaitkan dengan peraturan yang ada dengan mengggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif setelah itu ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode induktif. Hasil penelitian dapat disimpulkan, pertnmn bahwa penyebab terjadinya bentrok antara polisi dan demostran, disebabkan budaya hukum internal kepolisian yang bermasalah , yakni masalah integritas (dalarn ha1 ini adalah kejujuran dan keparuhan pada aturan), masalah profesionalisme (berkaitan dengan motivasi, pendidikan, dan gaji), serta masalah keteladananlkepemimpinan. Selanjutnya pemicu bentrok juga disebabkan budaya hukum eksternal yakni budaya hukum dari masyarakatl mahasiswa, diantaranya;para pendemo tidak mengindahkan aturan-aturan dalam berdemonstrasi, komunikasi yang tidak terbangun antara pihak kepolisian dengan pihak mahasiswa juga dengan pemerintah, pemberitaan media yang tidak berimbang, adanya stereotyping yang negatif, lemahnya pengawasan internal dari kampus (PR IIIIWR 1II)dan yang terakhir adanya provokator dalam setiap demonstasi.Kedua, Polisi dalam pengamanan demonstrasi di Makassar masih menyalahi prosedur demonstrasi, seperti melakukan kekerasan, serta belum memahami konsep partnership building dan ketiga, Polisi dalam pengamanan demonstrasi di Makassar belum menggunakan pendekatan-pendekatan culture, seperti pendekatan Polmas dengan mengadopsi nilai-nilai budaya siri ria 'pacce. Berdasarkan penelitian, maka dapat disimpulkan polisi masih belum optimal dalam penanganan demonstrasi, akhirnya peneliti, merekomendasikan untuk merekonstuksi budaya organisasi kepolisian serta mengintensipkan komunikasi Antara polisil pemerintah dengan demonstran (mahasiswa), serta menggunakan pendekatan-pendekatan kultur dalam penanganan demonstrasi,en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectpoiisien_US
dc.subjectmahasiswaen_US
dc.subjectdemonstrasien_US
dc.subjectbentroken_US
dc.subjectbudaya siri na pacceen_US
dc.titlePENANGANAN POLISI TERHADAP DEMONSTRASI DI MAKASSARen_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record