dc.description.abstract | Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi interpersonal
yang diterapkan antara sipir wanita dengan warga binaan serta hambatan yang
terjadi dalam komunikasi tersebut di Lapas Perempuan Kelas IIB Yogyakarta. Jenis
penelitian adalah penelitian fenomenologi dengan pendekatan kualitatif. Subjek
penelitian adalah sipir perempuan dan warga binaan di LPP Kelas IIB Yogyakarta,
sedangkan objek penelitian adalah komunikasi interpersonal. Teknik pengumpulan
data menggunakan observasi dan wawancara. Analisis data menggunakan metode
kualitatif yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan kesimpulan
dengan menggunakan teori tiga pola komunikasi : teori komunikasi interpersonal,
pola komunikasi dan keterbukaan diri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola komunikasi yang terjadi antara
sipir perempuan dan warga binaan di LPP Kelas IIB Yogyakarta adalah pola
komunikasi interaksional yang terlihat dari adanya komunikasi yang mengandung
feedback dari warga binaan atas pembinaan yang diberikan oleh sipir perempuan
dan transaksional ketika komunikasi yang terjalin diantara keduanya terjadi secara
terus menerus dan keduanya saling bertukar informasi terkait dengan pengetahuan
dan pengalaman yang dimiliki oleh masing-masing. Sedangkan kegiatan positif
yang terjadi di Lapas tersebut adalah program pembinaan yang terdiri atas 4 jenis
yaitu pembinaan kepribadian, pembinaan keterampilan, konseling (perawatan), dan
pembinaan fisik berupa olahraga dan kesenian. Adapun hambatan yang terjadi
dalam komunikasi interpersonal antara sipir perempuan dengan warga binaannya
adalah perbedaan dalam kemampuan memahami kalimat dan kesulitan antara sipir
perempuan berkomunikasi dengan warga binaan yang merupakan warga negara
asing karena perbedaan bahasa.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu proses komunikasi interpersonal antara
sipir perempuan dengan warga binaan membentuk pola komunikasi interaksional
dan transaksional yang terjadi dalam kegiatan yang positif berupa program
pembinaan, namun masih terdapat hambatan karena adanya perbedaan kemampuan
warga binaan dalam memahami maksud dari sipir serta warga negara asing yang
memiliki bahasa yang berbeda, namun hambatan tersebut masih dapat diatasi
dengan baik. | en_US |