Yogyakarta Sebagai Ruang Sosial Bagi Waria Tua
Abstract
Kehadiran waria tidak jarang dijumpai dan kerap dinilai negatif serta mendapati stigma karena
penampilannya yang menyalahi aturan dalam masyarakat pada umumnya serta pekerjaannya
sehari-hari. Kehidupan waria di Jogja tergolong produktif. Selain aktif dalam kegiatan di
komunitas waria, tentu mereka juga bekerja untuk bertahan hidup. Berjalannya waktu yang juga
bersamaan dengan berkurangnya umur, tentu mempengaruhi tingkat produktivitas mereka dalam
bekerja untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Keterbatasan mereka dalam memiliki
peluang bekerja juga menjadi konsekuensi atas jati diri mereka sebagai waria. Maka dari itu,
kesejahteraan waria tua dan cara mereka membangun hidup serta alasan mereka memilih dan
mengimajikan Yogyakarta untuk menghabiskan sisa masa hidupnya menjadi isu utama dalam riset
ini. Adapun tujuan penelitian ini adalah menjelaskan bagaimana praktik keruangan dan bagaimana
peran komunikasi bagi waria tua di Yogyakarta serta menjelaskan imaji mengenai Yogyakarta
serta peran komunikasi membentuk imaji tersebut. Untuk dapat menjawab dua pertanyaan
tersebut, diperlukan metode penelitian kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam serta
observasi di lapangan. Hasil riset ditemukan bahwa: (1) praktik keruangan waria di Jogja
diproduksi setiap saat dengan baik dan sangat penting untuk kelangsungan hidup mereka meliputi
pekerjaan, komunitas, keluarga, dan lingkungan sosial. Komunikasi tentunya juga berperan dalam
pembentukan ruang sosial antara waria tua dengan komunitas, profesional, keluarga, dan
lingkungan sekitar yang membentuk ruang masing-masing. (2) Waria tua menggambarkan kota
Jogja sebagai ruang yang nyaman, tenang, dan ramah untuk transpuan. Sedangkan komunikasi
yang terdiri dari kolaborasi antara sistem sosial, institusi, dan ruang sosial yang saling berkorelasi
berperan dalam pembentukan gagasan ‘nyaman’. Gagasan ‘nyaman’ juga dipengaruhi oleh
bagaimana mereka dirawat dan dipelihara oleh banyak pihak serta besarnya komunitas juga
mendukung gagasan ‘nyaman’ dalam penggambaran kota Yogyakarta sebagai lived space, yaitu
merasakan hidup dalam kesadaran penuh dan merekam momen nyata.
Collections
- Communication [952]