Show simple item record

dc.contributor.authorILMI JASMINE AZZAHRAH
dc.date.accessioned2023-03-06T03:30:10Z
dc.date.available2023-03-06T03:30:10Z
dc.date.issued2022-01-14
dc.identifier.urihttps://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/42574
dc.description.abstractKehadiran waria tidak jarang dijumpai dan kerap dinilai negatif serta mendapati stigma karena penampilannya yang menyalahi aturan dalam masyarakat pada umumnya serta pekerjaannya sehari-hari. Kehidupan waria di Jogja tergolong produktif. Selain aktif dalam kegiatan di komunitas waria, tentu mereka juga bekerja untuk bertahan hidup. Berjalannya waktu yang juga bersamaan dengan berkurangnya umur, tentu mempengaruhi tingkat produktivitas mereka dalam bekerja untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Keterbatasan mereka dalam memiliki peluang bekerja juga menjadi konsekuensi atas jati diri mereka sebagai waria. Maka dari itu, kesejahteraan waria tua dan cara mereka membangun hidup serta alasan mereka memilih dan mengimajikan Yogyakarta untuk menghabiskan sisa masa hidupnya menjadi isu utama dalam riset ini. Adapun tujuan penelitian ini adalah menjelaskan bagaimana praktik keruangan dan bagaimana peran komunikasi bagi waria tua di Yogyakarta serta menjelaskan imaji mengenai Yogyakarta serta peran komunikasi membentuk imaji tersebut. Untuk dapat menjawab dua pertanyaan tersebut, diperlukan metode penelitian kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam serta observasi di lapangan. Hasil riset ditemukan bahwa: (1) praktik keruangan waria di Jogja diproduksi setiap saat dengan baik dan sangat penting untuk kelangsungan hidup mereka meliputi pekerjaan, komunitas, keluarga, dan lingkungan sosial. Komunikasi tentunya juga berperan dalam pembentukan ruang sosial antara waria tua dengan komunitas, profesional, keluarga, dan lingkungan sekitar yang membentuk ruang masing-masing. (2) Waria tua menggambarkan kota Jogja sebagai ruang yang nyaman, tenang, dan ramah untuk transpuan. Sedangkan komunikasi yang terdiri dari kolaborasi antara sistem sosial, institusi, dan ruang sosial yang saling berkorelasi berperan dalam pembentukan gagasan ‘nyaman’. Gagasan ‘nyaman’ juga dipengaruhi oleh bagaimana mereka dirawat dan dipelihara oleh banyak pihak serta besarnya komunitas juga mendukung gagasan ‘nyaman’ dalam penggambaran kota Yogyakarta sebagai lived space, yaitu merasakan hidup dalam kesadaran penuh dan merekam momen nyata.en_US
dc.publisherUNIVERSITAS ISLAM INDONESIAen_US
dc.titleYogyakarta Sebagai Ruang Sosial Bagi Waria Tuaen_US
dc.Identifier.NIM18321085


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record