Representasi Fatherhood Dalam Film Dua Garis Biru (Analisis Semiotika Roland Barthes)
Abstract
Film merupakan media massa yang dapat dijadikan sebagai representasi dari keadaan sosial
yang ada dalam sebuah masayrakat tertentu. bahkan film lebih jauh menghadirkan kembali nilainilai
kebudayaan
dan
mitos
yang
ada
di
masyarakat.
Salah
satu
tema
yang
sering
dibahas
dalam
film
adalah mengenai maskulinitas. Fatherhood merupakan konsep yang lebih spesifik dari
maskulinitas, membahas tentang tanggung jawab ayah. Film dengan tema fatherhood yang akhirakhir
ramai
diperbincangkan
adalah
film
Dua
Garis
Biru
(2019)
dengan
berhasil
meraih
lebih
dari
2,5
juta penonton di bioskop indonesia. Oleh karena itu, peneliti akan meneliti bagaimana
representasi elemen fatherhood dalam film Dua Garis Biru (2019).
Metode pendekatan penelitian yang akan digunakan adalah deskriptif kualitatif.. Penelitian
ini menggunakan analisis semiotika Roland Barthes untuk melihat lebih dalam pemaknaan setiap
elemen fatherhood berupa yaitu intimacy, provision, protection dan endowment yang digambarkan
dalam film Dua Garis Biru (2019).
Berdasarkan hasil penelitian, secara umum film Dua Garis Biru (2019) merepresentasikan
sosok ayah mengambil peran yang sangat besar dalam keluarga. Ayah tidak sekedar menjadi
pencari nafkah utama, tetapi juga ikut serta dalam urusan pengasuhan anak. Kedua karakter ayah
dalam film ini menampilkan semua elemen fatherhood dengan cara yang berbeda. Pak Rudy (Ayah
Bima) mengutamakan ketenangan dan keterbukaan sedangkan Pak David (Ayah Dara) lebih
emosional serta protective terhadap anak. Peneliti juga melihat beberapa mitos yang ada dalam
film ini, baik itu melawan sterotype maskulinitas (terkait hegemoni laki-laki terhadap perempuan)
yang digambarkan dalam bentuk kepemimpin dan perlindungan fisik dari seorang ayah ataupun
stereotype baru masyakarat modern yang menocoba medekonstruksi makna ayah yang ideal.
Collections
- Communication [945]