Representasi Feminisme Dalam Film Joy (Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce)
Abstract
Perempuan sering dilihat sebagai simbol dari keindahan. Dalam film Hollywood, perempuan
tidak diharuskan memiliki bakat akting yang bagus. Film Hollywood mengharuskan pemeran utama
perempuan memiliki paras yang cantik sehingga mempunyai daya jual sehingga citra perempuan
dalam film sering dinilai negatif. Belum lagi dengan adanya kapitalisme yang membuat kedudukan
perempuan lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Inilah yang menjadi dasar dari gerakan
perlawanan perempuan yang melahirkan gerakan feminisme. Dengan alasan ini, akhirnya dunia
perfilman mulai merubah pandangan mengenai citra perempuan. Film dengan judul Joy yang dirilis
pada tahun 2015 menjadi salah satu contoh perubahan pandangan citra perempuan di film Barat. Joy
adalah sebuah film Barat yang disutradarai oleh David. O. Russell. Film ini diangkat berdasarkan
kisah nyata seorang perempuan bernama Joy Mangano. Joy adalah seorang pengusaha perempuan
yang sukses dalam memproduksi alat pel yang diberi nama Miracle Mop. Tidak ada kesuksesan tanpa
usaha yang terus menerus dan semangat yang tidak pernah luntur. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisa sebuah film dengan menggunakan Teori Semiotika Peirce yang dikenal dengan Teori
Segitiga Makna. Teori Segitiga Makna yang dikemukakan Peirce dimaknai representament, object,
dan interpretant Dengan menggunakan paradigma kritis, peneliti berusaha untuk mencari bagaimana
pemaknaan tanda-tanda feminisme direpresentasikan dalam film Joy (2015). Dalam penelitian ini,
penulis menemukan bahwa dalam film Joy (2021) 3 tanda-tanda yang merepresentasikan nilai
feminisme yang dialami oleh karakter utama yaitu Joy Mangano, yaitu representasi independensi
perempuan dan perempuan pekerja keras. Selain itu ditemukain unsur-unsur yang mencerminkan
diskriminasi perempuan seperti subordinasi perempuan, pengintimidasian serta usaha penipuan yang
ditujukan kepada Joy.
Collections
- Communication [943]