MENJADI LAKI-LAKI DALAM FILM KARYA PEREMPUAN INDONESIA (Analisis Semiotika terhadap Film Arisan 2, Serigala Terakhir dan Minggu Pagi di Victoria Park)
Abstract
Pelabelan maskulinitas menyebabkan laki-laki harus memenuhi patokan-patokan agar
dapat dikatakan sebagai laki-laki sejati. Patokan tersebut merupakan konstruksi
sosial, dan telah berkembang di masyarakat. Namun, tidak semua laki-laki dapat
memenuhi patokan tersebut, sehingga label maskulinitas menjadi kekangan tersendiri
bagi seorang laki-laki, sehingga mengakibatkan munculnya perlawanan dari laki-laki.
Perlawanan tersebut muncul di kehidupan sehari-hari, dan disampaikan dalam
berbagai bentuk, termasuk salah satunya film. Film merupakan sebuah media massa
yang dapat menghadirkan realitas yang terjadi di masyarakat, dan dikonstruksi
menjadi sebuah pesan yang ingin disampaikan berdasarkan perspektif dari pembuat
film. Penelitian ini ingin melihat dan mengetahui bagaimana kehidupan laki-laki, dan
perlawanan yang dilakukan laki-laki terhadap sterotip maskulinitas digambarkan di
dalam film yang diproduksi oleh seorang perempuan. Objek penelitian merupakan
tiga film yang disutradarai oleh perempuan Indonesia, dan dianalisis dengan teknik
analisis semiotika Roland Barthes yang merupakan turunan dari pemikiran Ferdinand
de Saussure, menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian
memperlihatkan perlawanan laki-laki digambarkan dalam hubungan khusus yang
dijalin dengan pasangan, gaya hidup yang diterapkan seperti dalam pemilihan hobby
dan dekorasi kamar, dan kehidupan bermasyarakat seperti tanggung jawab sosial dan
pernikahan.
Collections
- Communication [943]