Show simple item record

dc.contributor.advisorMuzayin Nazaruddin, S.Sos. MA
dc.contributor.authorSUNNORA MEILISA KAHARJONO, 14321069
dc.date.accessioned2018-08-13T09:03:13Z
dc.date.available2018-08-13T09:03:13Z
dc.date.issued2018-06-07
dc.identifier.urihttps://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/9674
dc.description.abstractGunung Merapi yang terletak di perbatasan empat Kabupaten yakni Kabupaten Sleman, Provinsi D I Yogyakarta. Kabupaten Magelang, Kabupaten Klaten dan Kabupaten Boyolali Provnsi Jawa Tengah, merupakan Gunung teraktif di Indonesia. Pada tahun 2010 Gunung Merapi mengalami erupsi besar dalam kurun waktu 140 tahun terakhir. Dampak yang ditimbulkan bencana erupsi gunung merapi banyak menelan korban jiwa, hingga infrastruktur yang hancur karena awan panas. Penelitian ini berfokus pada Manajemen Komunikasi Bencana BPBD Kabupaten Magelang dalam Pengurangan Resiko Bencana Erupsi Gunung Merapi. Berdasarkan kerangka pikir tersebut, penelitian ini hendak menjawab pertanyaan : Bagaimana strategi mitigasi bencana Pemerintah Kabupaten Magelang dalam menghadapi ancaman bencana Erupsi Merapi? Bagaimana Pemerintah Magelang mengkomunikasikan strategi mitigasi bencana tersebut kepada masyarakat dan stakeholders terkait? Serta pola komunikasi apa yang di gunakan BPBD Magelang? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan mengumpulkan data melalui wawancara semi terstruktur, observasi, dan dokumentasi. Penelitian ini mengambil narasumber yakni Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Magelang, Kepala Seksi Pencegahan, Kepala Seksi Kedaruratan, Ketua Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI), OPRB Desa Kalibening Kec. Dukun, OPRB Desa Tanjung dan Adikarto Kec. Muntilan. Penelitian ini menemukan beberapa hal penting yakni, pertama BPBD Magelang menggunakan strategi mitigasi bencana berupa desa bersaudara (sister village) dan desa tangguh bencana (Destana). Kedua cara BPBD Magelang menyampaikan segala jenis informasi kebencanaan dengan mengadakan sosialisasi, pelatihan, simulasi dan apel siaga. Ketiga dari cara penyampaian informasi tersebut, penulis menemukan model komunikasi bencana pada saat normal menggunakan arus komunikasi secara struktural dan non struktural. Sedangkan model komunikasi bencana pada saat darurat menggunakan arus komunikasi non struktural. Keempat pola komunikasi yang BPBD Magelang disaat keadaan normal menggunakan pola komunikasi struktur rantai (chain) dan pola komunikasi struktur roda (wheel). Sedangkan pola komunikasi disaat keadaan darurat BPBD Magelang menggunakan pola komunikasi struktur “Y”. Dalam pola komunikasi memiliki posisi sentral yang dianggap sebagai pemimpin. Posisi sentral pola komunikasi rantai (chain) dan pola komunikasi roda (wheel), adalah BPBD Kabupaten Magelang. Sedangkan posisi sentral pola komunikasi struktur “Y” adalah BPPTKG Yogyakarta.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectKomunikasi Bencanaen_US
dc.subjectPola Komunikasien_US
dc.subjectPemerintahen_US
dc.subjectGunung Merapien_US
dc.titleMANAJEMEN KOMUNIKASI BENCANA BPBD KABUPATEN MAGELANG DALAM PENGURANGAN RESIKO BENCANA ERUPSI GUNUNG MERAPIen_US
dc.typeUndergraduate Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record