Kuat Tekan, Konduktivitas Dan Ketahanan Api Batako Papercrete Dengan 25% Fly Ash Menggantikan Berat Semen Sebagai Material Dinding Bangunan
Abstract
Suhu udara tiap tahunnya semakin meningkat. Tingginya suhu udara mendorong masyarakat menggunakan alat penetralisir suhu yang menjadikan udara dalam ruangan menjadi dingin yaitu AC (Air Conditioner). AC merupakan alat yang berfungsi merubah suhu udara menjadi dingin, suhu dingin tersebut berasal dari freon yang apabila bercampur dengan udara akan menjadi gas berbahaya yang dapat merusak lapisan ozon. Selain itu AC membutuhkan energi listrik yang cukup besar, baik untuk penggunaan AC itu sendiri maupun untuk biaya perawatan AC.. Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menciptakan material yang bersifat insulator pada dinding bangunan.
Dinding dirancang agar mampu menahan panas dari luar, sehingga mengurangi suhu panas didalam ruangan. Material yang bersifat insulator perlu digunakan dalam pembuatan dinding tahan panas. Penelitian ini memanfaatkan kertas yang bersifat insulator sebagai bahan material pembuatan batako yang disebut papercrete. Papercrete dibuat dalam bentuk batako, sehingga diharapkan mampu menjadi alternatif pembuatan dinding tahan panas yang mampu mereduksi suhu dalam ruangan. Papercrete dibuat dari campuran semen, pasir, dan bubur kertas dengan perbandingan yang telah direncanakan. Harga semen yang tinggi mengakibatkan biaya produksi papercrete menjadi mahal, sehingga dibutuhkan alternatif bahan lain yang mampu menggantikan fungsi semen. Fly ash yang merupakan limbah pembakaran batu bara dapat digunakan sebagai material lain pengganti semen. Demi menjaga kualitas papercrete, maka digunakan 25% fly ash dari berat semen dalam campuran papercrete.
Penelitian ini meneliti tentang penggunaan fly ash sebagai bahan pengganti sebagian semen. Pemanfaatan fly ash tersebut kemudian dicari pengaruhnya terhadap kuat tekan, konduktivitas termal, serta ketahanan terhadap api papercrete sebagai material dinding. Papercrete terdiri dari agregat penyusun semen, pasir, dan bubur kertas dengan perbandingan agregat 1 : 2 : 2, 1 : 2 : 3, dan 1 : 2 : 4 masing-masing varian dibuat untuk 3 pengujian yaitu terhadap kuat tekan, konduktivitas termal, serta ketahanan terhadap api papercrete. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varian 1 : 2 : 2 menghasilkan kuat tekan beton terbesar yaitu 41,927 kg/cm2 sedangkan untuk tipe I 1:2:3 menghasilkan 19,291 kg/cm2 dan untuk tipe I 1:2:4 sebesar 22,670 kg/cm2. Menurut SNI 03-0349-1989 varian 1 : 2 : 2 tergolong dalam bata beton untuk dinding non structural tak terlindungi boleh terkena hujan dan panas, sedangkan varian 1 : 2 : 3 dan 1 : 2 : 4 tergolong bata beton untuk dinding non struktural terlindungi dari cuaca. Pengujian konduktivitas menghasilkan nilai konduktivitas rerata pada papercrete varian 1:2:2 sebesar 2,543 W/m°C, untuk papercrete varian 1:2:3 sebesar 2,35 W/m°C, sedangkan papercrete varian 1:2:4 sebesar 2,079 W/m°C. Hal ini membuktikan bahwa semakin banyak kandungan kertas pada papercrete akan membuat nilai konduktivitasnya semakin menurun. Pada uji dinding tahan api suhu yang dihasilkan papercrete selama 2 jam pada varian 1:2:2 sebesar 659,5°C dengan suhu pada sisi sebaliknya sebesar 56,55°C. Papercrete varian 1:2:3 adalah 663°C dengan suhu pada sisi dinding sebaliknya sebesar 56,6°C. Papercrete varian 1:2:4 adalah 720°C dengan suhu sebaliknya sebesar 80,1°C.
Collections
- New Submissions [126]