Penerapan Komunikasi Pemberdayaan pada Narapidana Rumah Tahanan Negara Kelas II B Kudus
Abstract
Narapidana dalam rumah tahanan dapat merasakan rasa cemas saat hendak keluar
dari tahanan. Rasa cemas demikian bisa dikelola melalui program pemberdayaan yang
proaktif dari pihak rumah tahanan. Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kab. Kudus
merupakan salah satu yang menerapkan program pemberdayaan narapidana, seperti
pelatihan pembuatan kue tradisional dan keset kaki. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
proses pemberdayaan narapidana oleh Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kab. Kudus,
melihat tanggapan narapidana terkait program pemberdayaan, dan mengkaji faktor
pendukung dan penghambat dalam implementasi program pemberdayaan narapidana Rumah
Tahanan Negara Kelas IIB Kudus.
Penelitian ini menggunakan konsep komunikasi pemberdayaan. Untuk metode
penelitiannya, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan
teknik pengumpulan datanya berupa teknik observasi, wawancara mendalam, dan studi
dokumentasi. Data yang telah terkumpul dianalisis menggunakan model interaktif analisis.
Setelah melakukan penelitian, maka diperoleh kesimpulan bahwa proses
pemberdayaan di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kab. Kudus dilakukan dengan
menerapkan komunikasi pemberdayaan yang berisi unsur komunikator, pesan, komunikan,
dan umpan balik atau feedback. Komunikasi pemberdayaan tersebut berupa arahan dari
komunikator mengenai tahapan pembuatan kue gapit tradisional dan keset. Dalam proses
komunikasi pemberdayaan yang berlangsung, ada timbal balik dari narapidana kepada
komunikator sebagai bentuk respon atas pesan yang disampaikan. Terakhir, hasil analisa
SWOT program pemberdayaan di Rumah Tahanan Kelas IIB Kab. Kudus menunjukkan
strength berupa adanya komunikasi dua arah, weakness berupa sedikitnya jumlah
komunikator yang berperan, opportunities berupa adanya kesempatan kolaborasi dengan
pihak Balai Latihan Kerja (BLK) Kudus, dan threats berupa kekeliruan informasi mengenai
cara pembuatan produk karena komunikator bukan ekspertisnya. Faktor pendukung dalam
kegiatan komunikasi pada program pemberdayaan tersebut diantaranya adalah jumlah
peserta sedikit dan berupa kelompok kecil sehingga komunikasi lebih jelas sehingga mudah
membangun keakraban, dan tidak perlu mencari tenaga pelatih banyak. Faktor hambatan
pada komunikasi tersebut adalah komunikator membagi fokus untuk 8 - 11 orang sekaligus,
kemampuan masing2 narapidana berbeda, narapidana tidak dapat menjual sendiri
produknya, dibatasi hukum, dan tidak didukung dengan proyektor ketika melakukan
komunikasi.
Collections
- Communication [958]