Konsep Diri Dalam Film Tersanjung dan Dua Garis Biru
Abstract
Perfilman di Indonesia memiliki tema yang sangat beragam, salah satunya
terdapat film yang bertema kekeluargaan dan asmara contohnya, Film “Tersanjung”
dan “Dua Garis Biru”. Film “Tersanjung” menceritakan tentang Yura yang dipaksa
untuk melakukan perjodohan di dalam sebuah keluarga yang terlilit hutang dan
membuat tokoh utama memiliki banyak tekanan hingga hilang arah. Film “Dua
Garis Biru” menceritakan tentang Dara yang sebagai anak remaja mengalami hamil
diluar nikah dan harus menghadapi tekanan dari dua keluarga yang berbeda. Kedua
film ini sangatlah menarik karena menyuguhkan tema yang sangat realistis dengan
kehidupan nyata. Penelitian ini bertujuan untuk mendalami konsep-konsep diri
yang diinterpretasikan dalam Film “Tersanjung” dan “Dua Garis Biru”
Pada penelitian ini menggunakan konsep diri yang dikemukakan oleh
William H. Fitts. Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
metode penelitian deskriptif kualitatif, yaitu dengan mengumpulkan data dari
adegan yang terdapat dalam film. Peneliti menganalisis objek penelitian dengan
model Semiotika oleh Charles S.Pierce, yang dikenal dengan model triangle
meaning dimana terdiri dari sign yang dihubungkan dengan object dan membentuk
suatu interpretant. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan mendalam
dan studi kepustakaan.
Hasil penelitian pada kedua film ini menunjukkan adanya perbedaan pada
sosok Yura dan sosok Dara. Sosok Yura menunjukkan orang yang bertanggung
jawab atas semua keluarganya dan menyelesaikan permasalahannya sendiri namun
berbeda halnya dengan sosok Dara yang terkesan menghindar dari
permasalahannya dan lebih memilih menutupinya, serta hanya mengandalkan
kedua orang tuanya dalam menyelesaikan masalahnya. Yura yang bertanggung
jawab dengan anaknya dan membesarkannya sendiri berbeda hal nya dengan Dara
yang memberikan anaknya kepada Bima untuk dirawat dan memilih melanjutkan
sekolahnya keluar negeri.
Collections
- Communication [949]