Redesain Kompleks Pasar Amahami Kota Bima Dengan Pendekatan Arsitektur Lestari
Abstract
Pertambahan jumlah pengguna pada pasar berpengaruh pada beberapa aspek, seperti kenaikan jumlah
limbah kotor dan jumlah ruang untuk pengguna yang tidak memadai. Seperti halnya yang terjadi di Pasar Raya
Amahami yang berlokasi di Kota Bima. Pasar yang diresmikan pada 2016 ini merupakan pasar tipe A
berdasarkan Peraturan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat terkait tipe-tipe pasar
tradisional. Proses pembangunan Pasar Raya Amahami menyebabkan 1,5 ha lahan mangrove di reklamasi,
padahal keberadaan hutan mangrove ini sendiri sangat penting untuk keberlangsungan ekosistem kawasan
seperti nasib keberadaan biota laut dan ancaman akan bencana seperti abrasi. Pasar yang dirancang untuk
dapat menampung 718 pengguna ini mengalami over capacity hingga mencapai angka 1040 pengguna pada
tahun 2022 ini. Dari jumlah pengguna yang berlebih, hingga banyaknya pengguna yang tidak mendapatkan
ruang khusus untuk berdagang mempengaruhi aspek lingkugan sekitarnya. Jumlah pengguna yang mengalami
lonjakan mempengaruhi besarnya aktivitas yang terjadi di pasar tersebut yang kemudian akan mempengaruhi
proses akhir dari aktivitas perdagangan, yaitu limbah kotor yang mencemari lingkungan. Sistem sanitasi dan
drainase yang buruk mempengaruhi kondisi lingkungan sekitar yang tergenang limbah kotor. Hal ini
diperkeruh karena lokasi pasar berada di tepi pantai dan berdampingan langsung dengan ekosistem
mangrove.
Pendekatan yang digunakan yaitu Arsitektur Lestari, yang terikat dengan tiga aspek utama Arsitektur
Lestari, yaitu conserving energy (penghematan energi), working with climate (memanfaatkan sumber daya alami),
dan respect for site (menanggapi keadaan tapak). Conserving energy diterapkan dengan desain bangunan yang
memanfaatkan energi alami sebagai energi pencahayaan dan penghawaan dalam bangunan dengan
mempertimbangkan bangunan yang berbentuk memanjang dan menipis. Working with climate merupakan
aspek yang menekankan desain untuk dapat memanfaatkan kondisi dan iklim alami kawasan untuk
pencahayaan dan penghawaan dalam ruang dengan mempertimbangkan bukaan pada selubung bangunan.
Respect for site diterapkan pada desain dengan mempertimbangkan koefisien dasar bangunan yang kecil,
bentuk bangunan yang merespon kondisi tapak seperti ekosistem mangrove dan perairan yang
mempengaruhi bentuk hingga struktur bangunan.
Metode yang digunakan adalah observasi. Observasi dilakukan dengan mencari data dan keterangan
yang ada melalui informasi-informasi yang ada di internet, peninjauan langsung ke lokasi pasar, serta
keterangan dari sumber-sumber terkait seperti kepala pengelola dan kepala bagian. Permasalahanpermasalahan
tersebut
akan
dilakukan
pengujian
kalkulasi
kebutuhan
ruang
yang
dapat
menampung
jumlah
pengguna,
perencanaan kembali sistem IPAL, kalkulasi kebutuhan dan proses pengolahan limbah kotor
pedagang, serta perhitungan luasan jumlah hutan mangrove yang dikembalikan setelah melakukan proses
redesain.
Collections
- Architecture [3648]