Tekanan Isomorfisme Dalam Adopsi Integrated Reporting Perusahaan Publik Di Indonesia
Abstract
Siaran pers dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) di bulan November 2020
menyatakan bahwa tren pelaporan perusahaan terkini adalah dengan menggunakan
integrated reporting (<IR>). Integrated reporting <IR> dianggap sebagai
pelaporan keuangan yang komprehensif, inovatif dan efektif. Namun sayangnya
hingga saat ini belum ada regulasi tentang <IR>, sehingga adopsi <IR> masih
bersifat sukarela atau voluntary di Indonesia. Disertasi ini bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana perusahaan publik di Indonesia merespon <IR> melalui
kacamata teori institusional. Teori institusional isomorfisme digunakan sebagai
teori sentral dalam penelitian ini setelah dilakukan pemetaan kelebihan dan
kekurangan teori-teori mainstream yang sering digunakan dalam penelitian
mengenai <IR>.
Tiga mekanisme isomorfisme dijabarkan dalam variabel-variabel yang
dihipotesiskan mampu menjadi faktor pendorong adopsi <IR>. Isomorfisme koersif
diwakili oleh variabel koneksi politik dan kepemilikan asing. Selanjutnya
isomorfisme mimetik diwakili oleh variabel jenis industri dan perusahaan induk.
Mekanisme yang terakhir yaitu isomorfisme normatif diwakili oleh variabel
profesionalisme dewan dan keikutsertaan perusahaan dalam program penghargaan
keberlanjutan.
Sebanyak 322 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari 2014
hingga 2019 dilibatkan sebagai sample dari penelitian ini sehingga didapatkan total
1932 data untuk diobservasi. Uji statistik deskriptif, uji independent sampel t-test,
regresi multivariat, serta regresi backward multivariate dilakukan untuk
menganalisis pengaruh variabel-variabel independen dan kontrol terhadap tingkat
adopsi <IR> perusahaan publik di Indonesia. Selain uji utama tersebut, pengujian
tambahan juga dilakukan dalam rangka melakukan robustness test. Pengujian
tambahan dilakukan melalui dua cara, yang pertama adalah dengan melakukan uji
multivariat semua variabel prediktor terhadap tingkat adopsi <IR> pada dua
kelompok data (peka/non-peka lingkungan). Pengujian tambahan yang kedua
dilakukan dengan mengujikan semua variabel prediktor terhadap delapam elemen
dalam <IR>.
Sebagai keterbaruan penelitian ini, hubungan politik terbukti menjadi
mekanisme isomorfisme koersif yang efektif. Variabel lain yang berpengaruh
signifikan terhadap adopsi IR adalah jenis industri dan perusahaan induk. Kedua
variabel mewakili isomorfisme mimetik. Pada saat yang sama, isomorfisme
normatif yang diwakili oleh profesionalisme dewan dan partisipasi perusahaan
dalam penghargaan keberlanjutan juga dapat mempengaruhi tingkat adopsi IR
secara positif. Sebaliknya, kepemilikan asing adalah satu-satunya variabel
isomorfisme koersif yang tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat adopsi IR.
Pada pengujian tambahan, disertasi ini menemukan bahwa perusahaan dengan
sektor industri peka lingkungan tidak mampu menunjukkan kinerja <IR> lebih baik
daripada perusahaan pada sektor tidak peka lingkungan.
Collections
- Economics [2152]