Perbandingan Interpolasi Spasial Dengan Ordinary Dan Robust Kriging Untuk Estimasi Kekuatan Gempa Bumi (Studi Kasus : Gempa Bumi Di Pulau Sulawesi)
Abstract
Data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada 22
tahun terakhir menunjukkan bahwa terjadi 230 kali gempa bumi yang merusak di
Indonesia dengan kejadian tertinggi pada tahun 2021. Salah satu pulau yang sering
dilanda gempa bumi adalah Pulau Sulawesi. Menurut Buku Indeks Risiko Bencana
(IRBI) tahun 2020, 63 dari 81 Kabupaten/ Kota di Pulau Sulawesi memiliki indeks
risiko bencana gempa bumi kategori tinggi. Berdasarkan hal tersebut dibutuhkanlah
informasi sebagai langkah awal mitigasi bencana agar pemerintah dapat mengambil
tindakan preventif dan antisipatif untuk mengurangi risiko akibat bencana gempa
bumi dan menjamin keselamatan masyarakat di Pulau Sulawesi, salah satunya
dengan interpolasi spasial. Metode interpolasi spasial diantaranya Kriging. Pada
penelitian ini digunakan Ordinary Kriging (OK) dan Robust Kriging (RK). Dari
hasil analisis dengan OK dan RK diperoleh model semivariogram teoritis terbaik
yaitu model Exponential dengan nilai nugget, sill dan range bertururt-turut yaitu
sebesar 0.40, 0.70 dan 6.50 pada OK serta 0.35, 0.90 dan 9.50 pada RK. Kedua
metode tersebut memperoleh hasil bahwa sebagian besar Pulau Sulawesi berpotensi
terjadi gempa bumi dangkal dengan kekuatan sekitar 3.2 hingga 4.0 Magnitudo.
Potensi gempa bumi dengan kekuatan tinggi lebih banyak terjadi di sekitar laut
sebelah timur dan utara Povinsi Sulawesi Tengah. Hasil estimasi tertinggi berada
pada titik koordinat 120.029° BT, 1.159° LU yaitu di laut sebelah utara Dampal
Selatan. Menurut hasil K-Fold Cross Validation dan Leave One Out Cross
Validation, diperoleh metode yang lebih akurat untuk mengestimasi kekuatan
gempa bumi di Pulau Sulawesi adalah metode RK karena nilai RMSE dan MAPE
pada metode RK lebih kecil dibandingkan dengan metode OK.
Collections
- Statistics [899]