Show simple item record

dc.contributor.advisorHoly Rafika Dhona, S.I.Kom.,M.A.
dc.contributor.authorINDRIA JUWITA
dc.date.accessioned2021-07-27T04:22:51Z
dc.date.available2021-07-27T04:22:51Z
dc.date.issued2021-03-16
dc.identifier.urihttps://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/30880
dc.description.abstractAnak Bekebutuhan Khusus (ABK) adalah istilah yang sejak tahun 2004 muncul untuk mendefinisikan anak yang dianggap berbeda. Di masyarakat masih banyak terjadi diskriminasi terhadap ABK, seperti stigmatisasi, penolakan, dan pemahaman terbelah di masyarakat mengenai siapa ABK. Oleh karena itu penelitian ini adalah mengenai bagaimana ABK direpresentasikan di media Harian Umum Kompas. Representasi atau proses menghadirkan dirumuskan sebagai proses yang ikut mendefinisikan ABK. Sebab teks media pada akhirnya menjadi wacana yang turut mengkonstruksi pengetahuan tentang ABK dan kemudian mengkonstruk subjek ABK. Artinya representasi itu mengawali bagaimana kemudian hubungan (koneksi) antara ABK dengan realitas lainnya. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah berita tentang ABK dalam Harian Umum Kompas. Pemilihan Harian Umum Kompas sebagai media dikarenakan Kompas merupakan lembaga independen yang belum menunjukkan konsolidasi pada kelompok yang termarjinal di masyarakat. Dalam penelitiannya penulis menggunakan teori komunikasi geografi kajian representasi, pengetahuan, subjektifitas dan wacana Foucault yang mana dalam semua konteks teori saling berkaitan satu sama lain. Kajian representasi akan menampakkan bagaimana pengetahuan bekerja, sementara pengetahuan melibatkan unsur subjek yang berperan dalam menciptakan pengetahuan itu sendiri, dan kajian wacana digunakan untuk melihat bagaimana episteme dalam pengetahuan mengenai subjek ABK. Penelitian menunjukkan bahwa tahun 1968- 2000an istilah ABK tidak ditemukan di dalam Harian Umum Kompas. Pada mulanya ABK dikenal sebagai anak luar biasa, yang mana inilah yang menjadi permulaan pembagian istilah ‘anak luar biasa’ dan ‘anak biasa’. Identitas ini dipisahkan berdasarkan kemampuan anak yang kemudian membelah sekolah. Barulah di tahun 2004 muncul istilah ABK yang dianggap lebih humanis dan general untuk menyebut semua kebutuhan belajar pada anak. Pembicaraan mengenai subjek ABK selalu mengikuti aturan bagaimana sekolah sebagai ruang dibicarakan, sehingga pengetahuan tentang ABK ikut berubah searah dengan perubahan aturan sekolah.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectRepresentasien_US
dc.subjectruang koneksien_US
dc.subjectsekolahen_US
dc.subjectABKen_US
dc.titleSubjektfikasi Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Harian Umum Kompasen_US
dc.Identifier.NIM17321101


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record