Disiplin Wisatawan Dalam Ziarah Wali Sunan Kudus
Abstract
Sunan Kudus merupakan salah satu Wali yang menyebarkan Agama Islam
di Kudus. Sepeninggal Sunan Kudus, Masjid Menara Kudus juga difungsikan sebagai
Makam para ‘Alim Ulama yang juga berperan dalam menyebarkan Agama Islam,
termasuk Sunan Kudus. Hal itulah yang kemudian membawa wisatawan datang ke Kudus
untuk melakukan ziarah Makam Sunan Kudus. Teori yang digunakan penulis adalah
Teori Disiplin milik Foucault, yang mana dijelaskan bahwa disiplin merupakan
suatu mekanisme kontrol atas tubuh, yang kemudian dimaknai sebagai praktik
dalam melaksanakan ziarah Wali Sunan Kudus.
Dalam praktik ziarah Makam Wali Sunan Kudus, para peziarah memiliki
ritualnya dan kepercayaannya masing-masing. Kepercayaan tersebut berasal dari
pola komunikasi, yang terbentuk dari adanya kontrol aktivitas (Foucault, 1978),
latar belakang kehidupan, keluarga, dan juga pendidikan yang dijalani oleh setiap
peziarah. Alasan inilah yang kemudian ingin penulis teliti, bagaimana kemudian
disiplin wisatawan dalam ziarah Sunan Kudus dalam pembentukan situs Sunan Kudus
sebagai objek wisata religi. Metodologi penelitian yang digunakan menggunakan
paradigma kritis dengan metode analisis wacana kritis.
Peziarah datang juga tidak hanya berniat untuk melakukan ziarah, tetapi
perjalanan yang dilakukan para peziarah dengan mengunjungi Makam Sunan
Kudus merupakan sebuah wisata, yang dipengaruhi oleh pemaknaan simbol
akulturasi budaya yang ada di area Makam, yang berupa adanya menara, dan
bangunan-bangunan yang memiliki corak seperti candi. Tetapi tidak semua
peziarah memaknai ziarah yang mereka lakukan adalah sebuah wisata, tergantung
perjalanan yang mereka tempuh hingga mencapai tujuan. Umumnya, para peziarah
yang berasal dari luar kota lah yang menganggap ziarah wali Sunan Kudus
merupakan sebuah wisata religi. Walau begitu, praktik yang dilakukan dalam
ziarah makam Sunan Kudus berbeda-beda, tergantung niat dan kepentingan
masing-masing.
Collections
- Communication [943]