Show simple item record

dc.contributor.advisorAbriyani Puspaningsih
dc.contributor.authorBetti Zulita
dc.date.accessioned2020-11-26T04:46:22Z
dc.date.available2020-11-26T04:46:22Z
dc.date.issued2006
dc.identifier.urihttps://dspace.uii.ac.id/123456789/25452
dc.description.abstractKondisi pasar saham tidak dapat ditentukan secara pasti oleh siapapun juga, berarti investor belum mengetahui secara pasti nilai return yang akan diperoleh di masa mendatang. Return dan resiko juga memiliki hubungan yang positif. Semakin besar resiko maka akan semakin besar return yang diharapkan, begitu juga sebaliknya. Hubungan yang positif ini hanya berlaku untuk return ekspektasi. Nilai return ekspektasi dapat diprediksi dengan menggunakan return indeks. Return ini berdasarkan pada tingkat keuntungan pasar, yang didasarkan padaIHSG(Indeks Harga Saham Gabungan). Di Indonesia, kondisi pasar saham dapat dilihat dari perubahan harga dan volume transaksi yang diikuti dengan teori ekonomi makro. Penibahan harga dan volume transaksi dapat mempengaruhi kondisi pasar saham menjadi aktif maupun pasif. Kondisi pasar sedang aktif {bull market) terjadi karena adanya kenaikan harga yang berdampak pada kenaikan vohune transaksi, sebaliknya kondisi pasar sedang pasif (bear market) disebabkan karena adanya penurunan hargayang diikutidenganpenurunan vohunetransaksi. Investor juga perlu mengetahui indikator-indikator pasar uang yang mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) agar return yang diperoleh lebih optimal. Indikator-indikator pasar uang yang dimaksud adalah Kurs Rupiah terhadap mata uang asing khususnya Dollar Amerika, Suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia), dan Inflasi. Penelitian ini membahas tentang pengaruh indikator-indikator pasar uang terhadap pasar modal pada saat kondisi pasar modal sedang bullish dan bearish. Penelitian ini dimaksudkan agar dengan diketaliuinya pengaruh indikatorindikator pasar uang terhadap pasar modal, investor dapat memanfaatkannya untuk membuat strategi dalam mengalokasikan asetnya di pasar uang dan di pasar saham dengan lebih optimal. Hasil penelitian yang menggunakan periode penelitian Januari 1999 - Desember 2003 ini, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang negatif antara indikator pasar uang, yaitu Kurs USD, SBI, dan Inflasi terhadap IHSG. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisa Regresi Linear Berganda, dengan ditetapkannya tingkat signifikansi p < a 0.05, menunjukkan nilai adj R² = 0.435 pada periode bullish, adj R² = 0.058 pada periode bearish. Tingkat signifikansi Kurs USD, SBI, dan Inflasi terhadap IHSG masing-masing sebesar: 0.000, 0.757,0.072 pada periode bullish, dan 0.288, 0.591,0.744 pada periode bearish. Secara umum, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang negatif antara indikatorindikator pasar uang, yaitu Kurs USD, SBI, dan Inflasi terhadap IHSG. Kata kunci: indikator pasar uang, Regresi Linear Berganda, bullish, bearishen_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectPasar Uangen_US
dc.subjectPasar Sahamen_US
dc.subjectBullish dan Bearishen_US
dc.titleIndikator-Indikator Pasar Uang yang Berkaitan dengan Pasar Saham Ditinjau dari Pasar Saham Sedang Bullish dan Bearishen_US
dc.Identifier.NIM97312229


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record