Petani Dalam Pusaran Konflik Agraria (Analisis Semiotika Terhadap Poster Karya Andrew Lumban Gaol „Anti-Tank Project‟ Tentang Petani Korban Konflik Agraria Di Yogyakarta)
Abstract
Konflik agraria terjadi di berbagai daerah Indonesia. Catatan akhir tahun 2016 Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) melaporkan telah terjadi 450 konflik agraria di hampir seluruh wilayah di Indonesia, melibatkan konflik antara warga dengan aparat negara. Hal ini juga terjadi di Yogyakarta, di mana sebagian masyarakat digusur lahannya demi kepentingan korporat. Dari berbagai konflik agraria, petani adalah sebagian dari sekian banyaknya korban. Anti-Tank Project selaku seniman jalanan mencoba menyuarakan berbagai konflik agraria melalui media poster yang tersebar di sudut-sudut Yogyakarta dan rumah-rumah warga yang masih bertahan dari penggusuran. Anti-Tank Project mencoba merepresentasikan petani sebagai korban dari konflik agraria melalui kelima posternya.
Penelitian ini menggunakan analisis semiotika teori Charles S. Peirce untuk meneliti lima poster Anti-Tank Project, yakni Bertani Bergenerasi; Bertani Kita Teguh; Daulat Tani Tanpa Penggusuran; Tolak Kriminalisasi Petani: Tolak Penggusuran; Petani Ditembak (Di sini tambang, di sana tambang, di mana-mana petani ditembak). Disinggung juga mengenai penjelasan maupun teori tentang seni jalanan sebagai perlawanan. Adapun teori tentang agraria di mana berfokus pada konflik agraria, seperti mengenai pengertian agraria dan Hukum Agraria dalam UUPA.
Figur petani yang direspon atau dimunculkan dalam poster Anti-Tank menunjukkan bahwa petani sebagai kaum yang termarjinalkan, di mana petani seringkali menjadi korban dalam konflik agraria. Meski begitu, Anti-Tank lebih menunjukkan citra petani yang melawan. Ini dilihat dari tiap-tiap objek pada temuan peneliti di lima poster tersebut.
Collections
- Communication [949]