Analisis Resepsi terhadap Kekerasan dan Seksualitas dalam Fanfiction SasuSaku
Abstract
Anime Naruto merupakan salah satu anime yang banyak diminati di Indonesia. Anime Naruto memiliki banyak tokoh-tokoh dengan berbagai karakter didalamnya. Tokoh-tokoh tersebut memiliki penggemarnya masing-masing. Dua diantara tokoh-tokoh tersebut yang banyak digemari adalah Sasuke dan Sakura. Kedua tokoh tersebut terkenal di kalangan penggemarnya karena alur cerita cinta mereka yang berliku. Penggemar memberikan julukan kepada pasangan ini dengan sebutan SasuSaku. Pasangan SasuSaku adalah pasangan yang memiliki paling banyak penggemar dibandingkan pasangan-pasangan lain dalam serial anime Naruto, bahkan lebih banyak dibandingkan pasangan Naruto dan Hinata yang merupakan pasangan tokoh utama dalam serial anime tersebut. Penggemar SasuSaku yang banyak tersebut merupakan audiens aktif yang menghasilkan karya berupa fiksi penggemar atau fanfiction dengan berbagai jenis dan genre. Diantara banyaknya jenis dan genre yang ada dalam fanfiction SasuSaku, ternyata banyak ditemui unsur kekerasan dan seksualitas di dalamnya. Adanya unsur kekerasan dan seksualitas inilah yang melatar belakangi peneliti membahas pemaknaan penggemar dalam fanfiction SasuSaku. Peneliti memberikan sampel kepada narasumber berupa fanfiction SasuSaku yang berjudul “Little Secret (End)” pada capter 1-5 yang ditulis oleh Rina Afna dan diterbitkan di Wattpad. Penelitian ini menggunakan metode analisis resepsi milik Stuart Hall yang melihat audiens aktif dalam memaknai teks berdasarkan pengalaman mereka pribadi. Audiens dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan pemaknaan mereka, yaitu audiens dominan hegemoni, audiens negosiasi, dan audiens oposisi. Peneliti mewawancarai secara langsung narasumber yang dipilih melalui teknik purposive sampling. Dimana, kategori yang ditetapkan adalah narasumber merupakan penggemar SasuSaku yang berlokasi di Yogyakarta. Setelah melakukan penelitian, peneliti menemukan hasil bahwa penggemar membenarkan adanya unsur kekerasan dan seksualitas pada fanfiction SasuSaku. Namun, penggemar menempatkan diri pada posisi yang berbeda-beda dalam memaknai unsur kekerasan dan seksualitas. Narasumber menempatkan diri pada posisi dominan hegemoni menyetujui dan tidak mempermasalahkan dengan adanya kedua unsur tersebut karena menganggap hal tersebut sebagai penguat dinamika dan bumbu alur cerita. Pada posisi negosiasi narasumber bernegosiasi dengan batas ideal usia pembaca fanfiction, kesesuaian dengan cerita asli, dan edukasi seksualitas. Sedangkan, pada posisi oposisi narasumber menolak unsur kekerasan dan seksualitas karena dianggap tidak memiliki nilai positif dan tidak pantas untuk dikonsumsi. Peneliti juga menjelaskan ideologi yang melatar belakangi narasumber dalam memaknai dan memposisikan diri terhadap fanfiction SasuSaku.
Collections
- Communication [943]