dc.description.abstract | Bencana erupsi merapi 2010 dinyatakan sebagai erupsi terbesar dalam seratus tahun terakhir.Erupsi ini pada akhirnya membuat sebaran KRB lebih meluas daripada KRB di tahun 2002. Sleman merupakan salah satu wilayah yangmemiliki daerah KRB yang cukup banyak. Oleh sebab itu sebagian besar di wilayah Sleman terkena dampak yang cukup parah karena bencana tersebut.Sebagai masyarakat yang dekat dengan ancaman bencana, beradaptasi dan tangguh akan bencana merupakan hal yang mutlak untuk dilakukan. Sebab ketika bencana terjadi, akan banyak perubahan disegala aspek kehidupan seperti sosial, ekonomi, budaya dan politik.Masyarakat yang siap menghadapi bencana biasanya memiliki modal sosial yang kuat. Modal sosial yang tertanam dalam suatu komunitas kemudian bisa mempengaruhi proses mitigasi bencana dan juga resiliensi komunitas. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk-bentuk modal sosial yang ada pada masyarakat dan mengidentifikasikan peran modal sosial dalam upaya mitigasi bencana dan resiliensi komunitas.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan paradigma konstruktivis.Lokasi penelitian yaitu Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.Penelitian ini dilakukan selama satu tahun sejak Juli 2018 s.d. Agustus 2019. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi langsung ke lokasi penelitian dan wawancara bersama delapan narasumber yang ditentukan dengan menggunakan teknik purposive representative.
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan, komunitas Kepuharjo memiliki modal sosial seperti (1) jaringan komunitas yang dibangunseperti Pemerintah, BPPTKG, Komunitas Relawan, Donatur, dan Non-penyintas (eksternal) serta jaringan komunitas (internal) yang dibangun antar sesama anggota masyarakat. (2)Komitmen yang dibangun kepada masyarakat yang ditunjukkan oleh keikutsertaan anggota tersebut dalam kegiatan yang memiliki tujuan bersama, dan komitmen terhadap pemerintah dengan mentaati seluruh instruksi serta peraturan yang telah disepakati. (3) Menjaga hubungan timbal balik antar individu seperti kegiatan sripah, membantu membangun lapangan pekerjaan baru untuk menjaga ekonomi bersama, dan saling memberikan pertolongan antar komunitas. (4) Kemandirian komunitas yang terbentuk dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, dan (5) pengetahuan kebencanaan yang dimiliki anggota komunitas baik itu tradisional seperti nasihat atau cerita leluhur serta pengetahuan modern seperti informasi yang diperoleh dari sumber yang tepat.
Kaitannya dengan mitigasi bencana, modal sosial yang ditemukan dapat menjadi pendukung karena jaringan sosial yang dibangun luas dan tingkat parisitpasi yang tinggi dari anggota. Akan tetapi modal sosial tersebut dapat menjadi penghambat dari proses mitigasi bencana karena ikatan sosial yang kuat akan tetapi jangkauan kepercayaan yang sempit. Hasil lain yang ditemukan yaitu modal sosial secara garis besar berperan sebagai pendukung seperti dukungan sosial antar sesama anggota komunitas, penghubungkaitannya dalam peran kepala desa yang aktif mencari bantuan, dan penggerak yang dibuktikan oleh partisipasi dan gotong royong masyarakat demi terciptanya resiliensi komunitas. | en_US |