Show simple item record

dc.contributor.authorFirmansyah, 99311269
dc.date.accessioned2019-09-20T08:44:32Z
dc.date.available2019-09-20T08:44:32Z
dc.date.issued2004-06-11
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/123456789/15681
dc.description.abstractInvestasi merupakan suatu cara untuk mengembangkan modal agar tidak stagnan. Investasi yang dilakukan kedalam produksi efisien dapat berbentuk aktiva nyata seperti rumah, tanah, dan emas atau dapat berbentuk aktiva keuangan berupa surat berharga yang diperjual belikan di antara investor. Surat berharga yang diperjualbelikan ini bermacam-macam bentuknya diantaranya ada yang berbentuk obligasi, waran maupun saham. Surat berharga yang diperjualbelikan dapat kita jumpai di dalam pasar modal atau bursa efek. Kita mengenal dua Bursa efek yang terbesar di Indonesia yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES). Saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta diklasifikasikan ke dalam 9 sektor industri yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka industri, sektor barang konsumsi, sektor indusri alat lisitrik dan property, sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi, sektor keuangan, dan sektor perdagangan, jasa dan Investasi. Dalam penelitian ini memfokuskan pada sektor keuangan perbankan, dunia perbankan Indonesia pernah goyah pada awal-awal terjadinya krisis sehinggga banyak bank-bank yang terlikuidasi atau tereleminasi dari kancah dunia perbankan Indonesia. Dunia perbankan tidak terlepas dari adanya risiko. Untuk itu saya sebagai penulis ingin meneliti lebih lanjut apakah risiko dan tingkat keuntungan tersebut memiliki hubungan yang kuat atau tidak. Untuk memperoleh hasil yang diinginkan dalam berinvestasi di saham diperlukan analisis yang baik untuk menanamkan investasi pada suatu saham. Untuk memperkirakan baik tidaknya suatu saham maka investor harus memperkirakan tingkat risiko dan tingkat retumnya. Risiko adalah penyimpangan dari hal yang diharapkan. Sumber risiko terbagi menjadi dua yaitu risiko sistematis dan risiko non sistematis. Untuk risiko nonsistematis dapat diatasi dengan melakukan diversifikasi atau membentuk portofolio, tetapi untuk risiko sistematis risiko ini tidak dapat didiversifikasikan. Untuk menganalisis tingkat risiko kita dapat menggunakan regresi. Return adalah hasil yang diperoleh dari investasi, untuk menganalisis tingkat return yang diharapkan maka kita dapat menggunakan metode CAPM. Jika risiko besar maka return yang didapat juga besar begitu juga sebaliknya bila tingkat risikonya rendah maka tingkat retumnya pun juga rendah, untuk itu perlu dilakukan analisis guna menguji hubungan antara dua variabel tersebut, hat ini dapat kita uji dengan menggunakan korelasi. Apabila nilai koefisien korelasi mendekati 0 berarti hubungan semakin lemah antara dua variabel tersebut, bila nilai koefisien korelasi mendekati 1 berarti hubungan antara dua variabel tersebut makin kuat. Bila nilai koefisiennya positif 1 maka menunjukkan korelasi positif sempurna sedangkan bila nilai koefisiennya negatif I maka menunjukkan korelasi negatif sempurna.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectAnalisis Hubungan Risiko Sistematisen_US
dc.subjectTingkat Keuntungan Sahamen_US
dc.subjectSektor Perbankanen_US
dc.subjectBursa Efek Jakartaen_US
dc.subjectPeriode Januari-Desember 2002en_US
dc.titleAnalisis Hubungan Risiko Sistematis dan Tingkat Keuntungan Saham Sektor Perbankan di Bursa Efek Jakarta (Periode Januari-Desember 2002)en_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record