dc.description.abstract | Berdasarkan hasil dari data Susenas tahun 2017, Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan Provinsi yang mempunyai lansia dengan proporsi paling tinggi yakni 13,90 persen. Tingginya jumlah lansia yang ada di Yogyakarta tentunya akan menimbulkan berbagai permasalahan pada lansia baik itu dari segi fisik, psikis, sosial maupun ekonomi. Melihat fenomena ini, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) DIY menjalankan program pemberdayaan lansia yaitu Bina Keluarga Lansia. Untuk menjalankan program pemberdayaan tersebut diperlukan peran fasilitator didalamnya. Dalam penelitian ini penulis menjelaskan mengenai peran yang dilakukan BKKBN sebagai fasilitator dalam program pemberdayaan lansia Bina Keluarga Lansia.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi. Narasumber dalam penelitian ini antara lain Kepala Subbidang Bina Keluarga Balitas, Anak & Ketahanan Keluarga Lansia, Widyaiswara, Penyuluh KB (PLKB). Kemudian narasumber yang berasal dari masyarakat ialah warga Dusun Blendung. Pemilihan narasumber ditentukan dengan teknik purposive sampling.
Berdasarkan hasil penelitian, BKKBN sebagai fasilitator menjalankan beberapa peran. Diantaranya: pencairan diri dengan penerima manfaat, menggerakkan masyarakat untuk melakukan perubahan, pemantapan hubungan dengan masyarakat sasaran, peran edukasi, peran diseminasi inovasi, peran fasilitasi, peran advokasi, peran supervisi, peran pemantauan (monitoring) dan evaluasi. Kemudian terdapat pula kualifikasi yang dipenuhi oleh fasilitator, yaitu: fasilitator sudah memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, fasilitator bangga terhadap profesinya, fasilitator telah menguasai materi yang akan disampaikan, fasilitator juga mengetahui kondisi latar belakang penerima manfaatnya dan fasilitator mampu untuk menyesuaikan perbedaan karakteristik sosial-budaya yang ada di masyarakat. Ada tiga kunci keberhasilan yang dijalankan oleh fasilitator, yakni kerja keras yang ditunjukkan oleh fasilitator, fasilitator selalu mengacu kepada keadaan, masalah, dan kebutuhan penerima manfaat, fasilitator berhasil memahami, merasakan dan menempatkan dirinya sebagai penerima manfaat. Faktor pendukung yang ditemui dalam penelitian ini ialah adanya dukungan dari keluarga, masyarakat, dan pemerintah dalam program ini, kemudian disediakannya media yang tepat guna untuk program ini. Sedangkan faktor penghambat yang ditemui dalam program ini ialah masih kurangnya sarana dan prasarana yang disediakan, kemudian anggaran dana yang terbatas | en_US |