JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI REMBANG (Analisis Wacana Kritis Terhadap Pemberitaan Mengenai Konflik Pembangunan Pabrik PT Semen Indonesia di Kendeng Utara, Rembang, Pada Media Mainstream dan Media Alternatif Periode Juni 2014 - Desember 2015)
Abstract
Penelitian ini bertujuan mengungkap wacanayang diproduksi oleh media mainstream dan media alternatif mengenai konflik pembangunan pabrik semen PT Semen Indonesia di Rembang dalam perspektif jurnalisme lingkungan.Subjek dari kategori media mainstream adalah Liputan6.com, sedangkan subjek media alternaitf adalah Selamatkanbumi.com. Fokus penelitian ini adalah pada narasi teks berita dari periode Juni 2014-Desember 2015. Konflik pembangunan PT Semen Indonesia di Rembang sendiri terjadi manakala pembangunan pabrik tersebut disebut mengancam sumber mata air di CAT Watuputih dan mengancam goa-goa bawah tanah di dasarnya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis wacana kritis yang dikembangkan oleh Norman Fairclough. Fokusnya ada tiga aspek, yaitu teks, praktik kewacanaan, dan praktik sosial budaya. Sementara itu, penelitian ini juga menggunakan teori jurnalisme lingkungan Ana Nadya Abrar dan sikap wartawan lingkungan yang dirumuskan oleh Agus Sudibyo dalam buku 34 Prinsip Etis Jurnalisme Lingkunganyaitu pro-keberlanjutan, pro-keadilan lingkungan, biosentris, dan profesional.Dalam penelitian ini, penulis menemukan bahwa Liputan6.com juga tidak memiliki sikap pro-keadilan lingkungan dan biosentris.Sebab media Liputan6.com cenderung mendukung wacana “tambang untuk kesejahteraan.” Narasi yang dihadirkan oleh media tersebut menyudutkan argumen para penolak pabrik dengan menghadirkan pernyataan-pernyataan dari para ahli dan politisi, tanpa investigasi mendalam tentang dampak pembangunan pabrik semen di Rembang.Beritanyacenderung dari satu sisi sehingga kurang profesional.Sementara itu, Selamatkanbumi.com cukup gencar mengawal isu-isu lingkungan di Rembang. Wacana besar mereka adalah “tambang merusak lingkungan.” Selamatkanbumi.com mencakup tiga sikap jurnalisme lingkungan, kecuali profesionalitas.Sebab konten yang merekasajikan kebanyakan adalah siaran pers dan satu sisi. Belum memenuhi suatu karya jurnalistik yang bermutu.
Collections
- Communication [943]