HOMOFOBIA DALAM FILM INDONESIA (Analisis Semiotika Dalam Film Suka Ma Suka dan Film Lovely Man)
Abstract
Bermula dari maraknya pemberitaan kontroversial mengenai LGBT berakibat muncul reaksi pro dan kontra, namun reaksi yang paling gamblang adalah sikap kontra terhadap LGBT yang berujung pada perilaku diskriminatif. Data yang di dapatan melalui penggiat hak asasi manusia, sebanyak 89,7% perilaku diskriminatif diterima oleh kaum LGBT dan 17,3% melakukan percobaan bunuh diri akibat dari perilaku diskriminasi yang diterima. Fenomena ini memunculkan istilah homofobia yang ditujukan kepada mereka pelaku diskriminasi yang kontra terhadap kaum LGBT karena adanya ketakutan yang dimiliki ketika berdekatan atau berinteraksi dengan kaum LGBT. Menjadi ketertarikan tersendiri bahwa phobia biasanya akan ditunjukan dengan menghindar atau menjauhi objek yang menyebabkan ke-phobiaannya, akan tetapi homofobia berbeda dari biasanya karena mereka bukannya menghindar tetapi malah melakukan interaksi terhadap kaum LGBT. Adanya fenomena homofobia ini menjadi menarik karena peneliti ingin mengetahui gambaran dari seorang homofobia dan mencari tahu sejauh mana seseorang bisa dikatakan sebagai homofobia. Penelitian ini makin menjadi menarik karena masih sedikit penelitian mengenai homofobia.
Metode yang dipakai oleh peneliti berupa metode semiotika Roland Barthes dengan dua tahapan yaitu denotasi dan konotasi serta dihubungkannya dengan mitos yang ada di masyarakat, dari hasil temuan data peneliti menemukan sebanyak 10 (sepuluh) scene yang menunjukkan homofobia pada film Indonesia. Dua film yang dipilih sebagai objek penelitian yakni Suka Ma Suka dan film Lovely Man.
Temuan dalam penelitian ini adalah, kedua film menggunakan homofobia sebagai peran yang melindungi laki – laki maskulin. Dimana homofobia dijadikan sebagai penerapan ego maskulinitas dan homofobia sekedar status pelindung yang melindungi identitas diri laki – laki agar tidak dianggap sebagai seorang penyuka sesama jenis, gay, atau LGBT.
Collections
- Communication [953]