Show simple item record

dc.contributor.advisorDrs. Achmad Sobirin, MBA., Ph.D., Ak.
dc.contributor.advisorDrs. Alhasin, MBA
dc.contributor.authorDwi Jayanti, 15911094
dc.date.accessioned2018-09-24T01:24:53Z
dc.date.available2018-09-24T01:24:53Z
dc.date.issued2018-09-03
dc.identifier.urihttps://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/10801
dc.description.abstractDewasa ini banyak fenomena kita amati sebagai potret dari cepatnya perubahan dalam tatanan kehidupan. Diantaranya mobilitas tinggi, trend yang kian dinamis, gaya hidup kebarat- baratan, termasuk soal makan mempengaruhi selera dan kebutuhan makanan cepat saji meningkat. Tapi hal ini tidak berbanding lurus dengan pola hidup sehat, masih belum optimalnya kesadaran kebutuhan makanan sehat tanpa mengabaikan cita rasa dan gizi yang terkandung pada makanan yang dikonsumsi terutama berlaku di generasi milenial kekinian. Kita tahu makanan cepat saji yang dikenal dengan istilah fast food semakin berkembang keberadaannya, outlet- outlet fast food semakin menjamur ataupun memperoleh makanan siap saji di pasaran sudah sangat mudah, akses dekat dan semakin menjangkau. Makanan siap saji yang dimaksud adalah jenis makanan yang dikemas, mudah disajikan, praktis, atau diolah dengan cara sederhana. Makanan tersebut umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi tinggi dan memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut. Ditilik dari sejarahnya Fast food merupakan makanan yang berasal dari budaya asing yang telah diadopsi oleh masyarakat Indonesia menjadi sebuah lifestyle. Dengan adanya pengaruh budaya barat mengenai fast food ini, tentu menjadikan sebuah ancaman bagi makanan khas dan tradisional beraneka ragam yang dimiliki Indonesia. Bukan tidak mungkin makanan kita akan tergeser pamornya dan bisa ditinggalkan oleh masyarakat Indonesia. Menjaga kelestarian makanan tradisional di tengah gempuran makanan asing sangat penting untuk dilakukan. Tidak hanya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya, menjaga eksistensi kuliner tradisional serta menempatkannya sejajar atau bahkan lebih tinggi dari kuliner asing, akan memberi dampak yang luas bagi masyarakat. Untuk menjawab beberapa masalah diatas kami sebagai pelaku usaha kuliner menghadirkan tekwan instan khas Palembang sebagai salah satu upaya untuk melestarikan makanan tradisional. Dengan konsep mudah disajikan, memiliki nilai gizi serta cita rasa yang khas dengan cara enak mengkonsumsi makanan berbahan dasar ikan dan menjadi obat rindu bagi yang ingin mencicipi tekwan Palembang tanpa harus datang ke kota asalnya. 13 Kami memulai bisnis dengan modal kerja sebesar Rp. 10.000.000 terdiri dari investasi pembelian kelengkapan alat dan bahan sebagai modal kerja serta kas untuk membayar biaya- biaya seperti uang listrik, trasnsport dan upah. modal ini berasal dari Tabungan owner. Revenue steams diperoleh dari banyaknya produk yang dijual kepada konsumen atau pelanggan. Awal masa rintisan penjualan masih lesu dan tidak sesuai target yang diharapkan, barulah di bulan keempat penjualan mulai bergairah, kami melakukan promosi berupa potongan harga produk untuk menstabilkan penjualan, dan mulai menemui sasaran konsumen yang tepat. Awalnya owner bertindak sebagai CEO (Chief everything official) mengerjakan segala sesuatunya sendiri mulai fungsi manajemen operasi, keuangan, pemasaran dan lainnya, barulah di bulan kedua kami mulai merekrut 1 orang karyawan menjadi tim kami utamanya untuk support di divisi produksi. Dikarenakan keterbatasan sumber daya dan waktu rekuitmen tidak sesuai dengan plan dimana menyertakan syarat dan kualifikasi tertentu, owner mengambil keputusan untuk memberdayakan tetangga sekitar yang membutuhkan pekerjaan dan bekerja on job training. Barulah di bulan 4 kami merekrut karyawan sesuai kualifikasi yang memiliki background dibidang tata boga terutama untuk menghandle kualitas produk. Dengan penerapan matrix ansoff kami jadikan sebagai pedoman dalam pengembangan bisnis. Produk yang dibuat terinspirasi dari batagor kuah instan Jawa Barat sehingga dengan modifikasi dan penyesuaian terciptalah produk tekwan instan khas Palembang. Kami menyadari kedepan makin banyak tantangan yang akan dihadapi terutama datang dari para pesaing, tapi kami percaya terus berinovasi, menjaga kualitas produk dan menciptakan nilai lebih serta memelihara hubungan baik dengan pelanggan bisnis kami akan terus berkelanjutan, profitable dan mampu memberi manfaat lebih luas lagi kepada banyak orang. Untuk mensinergikan antara keempat fungsi manajemen dalam bisnis, perlu berpedoman pada rancangan bisnis yang telah disusun, keempat aspek harus saling menyesuaikan dengan kondisi masing- masing, serta kinerjanya harus dipantau secara berkala.Dalam praktek bisnis ini kami memahami beberapa hal yakni Pendelegasian tugas dalam deskripsi pekerjaan diperlukan mengurangi beban kerja dan dapat fokus di divisi masing- masing, untuk itu perlu membentuk Tim agar terwujud tujuan bisnis yang diharapkan. Kemudian Skala Produksi mempengaruhi harga jual produk namun konsumen perlu untuk mendapat konsistensi harga.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectMakanan cepat sajien_US
dc.subjectKhas Daerahen_US
dc.subjectPenerapan matrix ansoffen_US
dc.titlePENGEMBANGAN BISNIS “TEKWAN INSTAN KHAS PALEMBANG” DENGAN PENDEKATAN MATRIX ANSOFFen_US
dc.typeMaster Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record