PENGEMBANGAN BISNIS “TEKWAN INSTAN KHAS PALEMBANG” DENGAN PENDEKATAN MATRIX ANSOFF
Abstract
Dewasa ini banyak fenomena kita amati sebagai potret dari cepatnya
perubahan dalam tatanan kehidupan. Diantaranya mobilitas tinggi, trend yang kian
dinamis, gaya hidup kebarat- baratan, termasuk soal makan mempengaruhi selera
dan kebutuhan makanan cepat saji meningkat. Tapi hal ini tidak berbanding lurus
dengan pola hidup sehat, masih belum optimalnya kesadaran kebutuhan makanan
sehat tanpa mengabaikan cita rasa dan gizi yang terkandung pada makanan yang
dikonsumsi terutama berlaku di generasi milenial kekinian.
Kita tahu makanan cepat saji yang dikenal dengan istilah fast food semakin
berkembang keberadaannya, outlet- outlet fast food semakin menjamur ataupun
memperoleh makanan siap saji di pasaran sudah sangat mudah, akses dekat dan
semakin menjangkau. Makanan siap saji yang dimaksud adalah jenis makanan yang
dikemas, mudah disajikan, praktis, atau diolah dengan cara sederhana. Makanan
tersebut umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi
tinggi dan memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita
rasa bagi produk tersebut. Ditilik dari sejarahnya Fast food merupakan makanan
yang berasal dari budaya asing yang telah diadopsi oleh masyarakat Indonesia
menjadi sebuah lifestyle.
Dengan adanya pengaruh budaya barat mengenai fast food ini, tentu
menjadikan sebuah ancaman bagi makanan khas dan tradisional beraneka ragam
yang dimiliki Indonesia. Bukan tidak mungkin makanan kita akan tergeser pamornya
dan bisa ditinggalkan oleh masyarakat Indonesia. Menjaga kelestarian makanan
tradisional di tengah gempuran makanan asing sangat penting untuk dilakukan.
Tidak hanya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya, menjaga eksistensi
kuliner tradisional serta menempatkannya sejajar atau bahkan lebih tinggi dari
kuliner asing, akan memberi dampak yang luas bagi masyarakat.
Untuk menjawab beberapa masalah diatas kami sebagai pelaku usaha kuliner
menghadirkan tekwan instan khas Palembang sebagai salah satu upaya untuk
melestarikan makanan tradisional. Dengan konsep mudah disajikan, memiliki nilai
gizi serta cita rasa yang khas dengan cara enak mengkonsumsi makanan berbahan
dasar ikan dan menjadi obat rindu bagi yang ingin mencicipi tekwan Palembang
tanpa harus datang ke kota asalnya.
13
Kami memulai bisnis dengan modal kerja sebesar Rp. 10.000.000 terdiri dari
investasi pembelian kelengkapan alat dan bahan sebagai modal kerja serta kas untuk
membayar biaya- biaya seperti uang listrik, trasnsport dan upah. modal ini berasal
dari Tabungan owner. Revenue steams diperoleh dari banyaknya produk yang dijual
kepada konsumen atau pelanggan. Awal masa rintisan penjualan masih lesu dan
tidak sesuai target yang diharapkan, barulah di bulan keempat penjualan mulai
bergairah, kami melakukan promosi berupa potongan harga produk untuk
menstabilkan penjualan, dan mulai menemui sasaran konsumen yang tepat.
Awalnya owner bertindak sebagai CEO (Chief everything official)
mengerjakan segala sesuatunya sendiri mulai fungsi manajemen operasi, keuangan,
pemasaran dan lainnya, barulah di bulan kedua kami mulai merekrut 1 orang
karyawan menjadi tim kami utamanya untuk support di divisi produksi. Dikarenakan
keterbatasan sumber daya dan waktu rekuitmen tidak sesuai dengan plan dimana
menyertakan syarat dan kualifikasi tertentu, owner mengambil keputusan untuk
memberdayakan tetangga sekitar yang membutuhkan pekerjaan dan bekerja on job
training. Barulah di bulan 4 kami merekrut karyawan sesuai kualifikasi yang memiliki
background dibidang tata boga terutama untuk menghandle kualitas produk. Dengan
penerapan matrix ansoff kami jadikan sebagai pedoman dalam pengembangan bisnis.
Produk yang dibuat terinspirasi dari batagor kuah instan Jawa Barat sehingga
dengan modifikasi dan penyesuaian terciptalah produk tekwan instan khas
Palembang. Kami menyadari kedepan makin banyak tantangan yang akan dihadapi
terutama datang dari para pesaing, tapi kami percaya terus berinovasi, menjaga
kualitas produk dan menciptakan nilai lebih serta memelihara hubungan baik dengan
pelanggan bisnis kami akan terus berkelanjutan, profitable dan mampu memberi
manfaat lebih luas lagi kepada banyak orang. Untuk mensinergikan antara keempat
fungsi manajemen dalam bisnis, perlu berpedoman pada rancangan bisnis yang telah
disusun, keempat aspek harus saling menyesuaikan dengan kondisi masing- masing,
serta kinerjanya harus dipantau secara berkala.Dalam praktek bisnis ini kami
memahami beberapa hal yakni Pendelegasian tugas dalam deskripsi pekerjaan
diperlukan mengurangi beban kerja dan dapat fokus di divisi masing- masing, untuk
itu perlu membentuk Tim agar terwujud tujuan bisnis yang diharapkan. Kemudian
Skala Produksi mempengaruhi harga jual produk namun konsumen perlu untuk
mendapat konsistensi harga.
Collections
- Master of Management [408]