dc.description.abstract | Pada saat terjadi bencana, koordinasi dalam melakukan komunikasi merupakan sebuah
hal yang dianggap penting, karena pada saat bencana terjadi terdapat banyak sekali tuntutan
dari masyarakat kepada lembaga pemerintah yang bertanggungjawab dalam menangani
bencana secara cepat dan tepat. Penelitian ini berfokus pada komunikasi bencana secara
menyeluruh yang dilakukan oleh instansi-instansi yang bergerak dibidang kebencanaan dan
masyarakat sekitar kawasan bencana, mulai dari pra, saat, hingga pasca bencana banjir di
kawasan PLTA Koto Panjang, Kabupaten Kampar.
Berdasarkan kerangka pikir diatas, penelitian ini hendak menjawab pola komunikasi
bencana pihak-pihak terkait dalam penanggulangan bencana banjir dan faktor pendukung dan
penghambat dalam melakukan komunikasi bencana. Metode yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus, dan pengumpulan data
menggunakan observasi, wawancara mendalam semiterstruktur dan dokumentasi. Dalam
penelitian ini terdapat 2 kategori narasumber yaitu, pemerintah dan masyarakat.
Dalam melakukan mitigasi bencana banjir di Kabupaten Kampar, BPBD melakukan
dua program yaitu desa tangguh bencana (DESTANA) yang sudah dijalankan di dua desa yaitu,
Desa Mentulik pada tahun 2016 dan Desa Buluh Cina pada tahun 2017, serta program piket
siaga. Saat tanggap darurat terdapat tahap pemberian informasi serta kedaruratan dan logistik.
Pada pasca bencana terdapat tahap pendataan kerugian dan kerusakan dan rekonstruksi dan
rehabilitasi.
Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa pada masa prabencana pola komunikasi yang
digunakan yaitu pola rantai dan roda, masa tanggap darurat menggunakan pola Y dan roda,
masa pascabencana menggunakan pola rantai. Dalam menyampaikan informasi, pemerintah
menggunakan berbagai medium dalam menyebarkan informasi kebencanaan, media yang
paling dominan digunakan yaitu WhatsApp. Alur yang terdapat dalam melakukan komunikasi
secara struktural dan non-struktural. Faktor pendukung saat melakukan tanggap darurat
bencana yaitu banyaknya stakeholder. Sedangkan faktor penghambat saat melakukan tanggap
darurat bencana terbagi menjadi dua yaitu, kendala internal dan kendala eksternal. | en_US |