Show simple item record

dc.contributor.advisorMuzayin Nazaruddin, S.Sos., MA
dc.contributor.authorNadila Anindita, 14321021
dc.date.accessioned2018-08-15T15:02:10Z
dc.date.available2018-08-15T15:02:10Z
dc.date.issued2018-04-19
dc.identifier.urihttps://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/9763
dc.description.abstractGempa dan tsunami Aceh yang terjadi pada tanggal 24 Desember 2004 memberikan banyak efek untuk Aceh, mulai dari banyak orang yang meninggal, hingga banyak fasilitas di Aceh seperti masjid, rumah, fasilitas publik, dan lain lain rusak karena bencana tersebut. Banyak kapal nelayan dan kapal besar seperti kapal listrik darurat didorong oleh gelombang besar dari pantai ke tengah kota. Setelah itu, banyak monumen bencana dikembangkan atau dibuat oleh masyarakat lokal, seperti Kapal Tsunami Lampulo dan Kapal PLTD Apung. Mereka membuat kapal-kapal tersebut menjadi monumen bencana karena banyak turis dari luar kota ataupun luar negeri ingin melihat monumen bencana tersebut. Banyak masyarakat lokal yang datang ke monumen bencana tersebut, meskipun hal tersebut membuat mereka mengingat kembali bencana tersebut dan memori tentang bencana. Memori duka akan datang ke pikiran mereka. Menggunakan perspektif fenomenologis, penelitian ini menganalisis bagaimana fungsi sosial monumen bencana bagi masyarakat lokal, dan bagaimana pengalaman masyarakat lokal di monumen bencana. Pengumpulan data yakni dengan observasi dan wawancara mendalam dengan informan kunci, menggunakan purposive sampling untuk mendapatkan hasil yang lengkap. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa setiap masyarakat lokal memiliki pengalaman yang berbeda ketika tsunami mendatangi mereka, dan mereka memiliki memori duka yang berbeda, seperti contohnya kehilangan keluarga, melihat efek dari bencana, kehilangan teman, kehilangan rumah, dan terpisah dari keluarga pada saat bercana terjadi. Masyarakat lokal mempunyai alasan kenapa mereka mengunjungi monumen bencana, contohnya seperti karena urusan pekerjaan, menemani teman atau tamu, dan hanya duduk-duduk saja di monumen bencana. Mereka juga mempunyai spot favorit, seperti pustaka Kapal PLTD Apung, taman edukasi Kapal PLTD Apung, monumen di Kapal PLTD Apung, rumah disamping Kapal Tsunami Lampulo, dan di depan Kapal Tsunami Lampulo. Ketika mereka mengunjungi monumen bencana, banyak masyarakat lokal yang merasa sedih, meskipun mereka sering mengunjungi monumen bencana, tetapi beberapa masyarakat lokal tidak lagi merasa sedih. Mereka mengatakan bahwa kejadian itu sudah lama terjadi. Monumen bencana di Banda Aceh seperti Kapal PLTD Apung dan Kapal Tsunami Lampulo memiliki fungsi sosial, yaitu sebagai ikon kebanggan atau penting Aceh, mengenang atau memorial, edukasi, dan ekonomi. Ikon kebanggaan ditunjukkan dengan kebanggan masyarakat Banda Aceh mengenalkan monumen bencana kepada tamu dari luar Aceh. Selain itu, mengenang juga menjadi fungsi sosial karena masyarakat lokal masih mengingat tentang bencana dan tiba-tiba mengingat memori duka ketika mereka datang ke monumen. Fungsi edukasi pun didukung dengan berbagai informasi yang ada di monumen bencana dan mereka belajar dari hal tersebut. Fungsi ekonomi pun menguntungkan masyarakat lokal, yakni banyak masyarakat yang bekerja atau berjualan sesuatu di sekitar monumen bencana.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectmonumen bencanaen_US
dc.subjectmasyarakat lokalen_US
dc.titleFungsi Sosial Monumen Bencana bagi Masyarakat Lokal ( Studi Kasus Kapal Tsunami Lampulo dan Kapal PLTD Apung di Banda Aceh )en_US
dc.typeUndergraduate Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record