Show simple item record

dc.contributor.authorSetiawan, David Didi
dc.date.accessioned2016-11-01T03:54:29Z
dc.date.available2016-11-01T03:54:29Z
dc.date.issued2007
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/123456789/878
dc.description.abstractPada saat ini banyak metode yang di gunakan untuk perencanaan perkerasan jalan. Di Indonesia metode perencanaan tebal perkerasan lentur jalan raya yang digunakan adalah metode Analisa Komponen yang bersumber dari metode AASHTO 1972 dan dimodifikasi sesuai dengan kondisi jalan di Indonesia. Dalam perencanaan tebal lapisan perkerasan lentur secara manual pada metode ini menggunakan nomogram yang telah ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga. Metode AASHTO, Amerika Serikat telah mengalami perubahan terus menerus, sesuai dengan penelitian yang diperoleh dan peruhahan terakhir adalah AASHTO 2002 yang menggunakan metode mekanistik empiris (AASHTO Design Guide 2002). Oleh karena itu perlu dianalisa apakah peruhahan metode perencanaan AASHTO 2002 akan memberikan pengaruh yang positif terhadap perencanaan perkerasan jalan di Indonesia dengan membandingkan dengan metode Analisa Komponen. Dari hasil perbandingan tersebut apakah metode AASHTO 2002 dapat digunakan di Indonesia dan memberikan hasil yang dapat diterima bagi perencanaan jalan di Indonesia. Hasil dari penelitian dilakukan pada ruas Jalan Pandean-Playen sepanjang 21 km menunjukan tebal lapisan yang berbeda antara metode Analisa Komponen dan Metode AASHTO 2002. Dengan material yang sama yang digunakan dalam kedua metode tersebut, yaitu lapisan permukaan (surface) menggunakan Laston AC, lapisan pondasi atas (base) menggunakan agregat kelas A dan lapisan pondasi bawah (sub base) menggunakan agregat kelas B, Analisa Komponen menghasilkan ketebalan masing-masing untuk tiap lapis 9,25 cm , 15,0 cm dan 15,0 cm, sedangkan berdasarkan metode AASHTO 2002 menghasilkan ketebalan untuk masing-masing lapisan yaitu 3 inci atau 7,62 cm, 6 inci atau 15,24 cm dan 9 inci atau 22,86 cm. Pada perencanaan awal yang yang diperoleh dari Dijen Bina Marga dilaporkan bahwa hasil yang diperoleh untuk tebal perkerasanya adalah untuk lapis permukaan 9 cm, lapis pondasi alas 15 cm, dan lapis pondasi bawah 30 cm, hal tersebut menunjukkan bahwa perbedaan tebal perkerasan antara perencanaan awal dan pereneanaan ulang cukup banyak.en_US
dc.publisherUII Yogyakartaen_US
dc.subjectStudi Perbandinganen_US
dc.subjectPerencanaan Perkerasanen_US
dc.subjectPerencanaan Perkerasan Lenturen_US
dc.subjectMetode Analisa Komponenen_US
dc.subjectMetode Aashto 2002en_US
dc.subjectStudi Kasusen_US
dc.subjectJalan Pandean-Playenen_US
dc.subjectKabupaten Bantulen_US
dc.subjectKabupaten Gunung Kidulen_US
dc.subjectMetode AASHTO 2002en_US
dc.subjectCBR (California Bearing Ratio)en_US
dc.subjectBina Marga 1987en_US
dc.subjectLHR (Lalu-lintas Harian Rata-rata)en_US
dc.subjectIRI (International Roughness Index)en_US
dc.titleStudi Perbandingan Perencanaan Perkerasan Lentur Antara Metode Analisa Komponen Dan Metode Aashto 2002 (Studi Kasus Jalan Pandean-Playen, Kabupaten Bantul-Kabupaten Gunung Kidul)en_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record