Studi Perbandingan Perencanaan Perkerasan Lentur Antara Metode Analisa Komponen Dan Metode Aashto 2002 (Studi Kasus Jalan Pandean-Playen, Kabupaten Bantul-Kabupaten Gunung Kidul)
Abstract
Pada saat ini banyak metode yang di gunakan untuk perencanaan perkerasan jalan. Di Indonesia metode perencanaan tebal perkerasan lentur jalan raya yang digunakan adalah metode Analisa Komponen yang bersumber dari metode AASHTO 1972 dan dimodifikasi sesuai dengan kondisi jalan di Indonesia. Dalam perencanaan tebal lapisan perkerasan lentur secara manual pada metode ini menggunakan nomogram yang telah ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga.
Metode AASHTO, Amerika Serikat telah mengalami perubahan terus menerus, sesuai dengan penelitian yang diperoleh dan peruhahan terakhir adalah AASHTO 2002 yang menggunakan metode mekanistik empiris (AASHTO Design Guide 2002). Oleh karena itu perlu dianalisa apakah peruhahan metode perencanaan AASHTO 2002 akan memberikan pengaruh yang positif terhadap perencanaan perkerasan jalan di Indonesia dengan membandingkan dengan metode Analisa Komponen. Dari hasil perbandingan tersebut apakah metode AASHTO 2002 dapat digunakan di Indonesia dan memberikan hasil yang dapat diterima bagi perencanaan jalan di Indonesia.
Hasil dari penelitian dilakukan pada ruas Jalan Pandean-Playen sepanjang 21 km menunjukan tebal lapisan yang berbeda antara metode Analisa Komponen dan Metode AASHTO 2002. Dengan material yang sama yang digunakan dalam kedua metode tersebut, yaitu lapisan permukaan (surface) menggunakan Laston AC, lapisan pondasi atas (base) menggunakan agregat kelas A dan lapisan pondasi bawah (sub base) menggunakan agregat kelas B, Analisa Komponen menghasilkan ketebalan masing-masing untuk tiap lapis 9,25 cm , 15,0 cm dan 15,0 cm, sedangkan berdasarkan metode AASHTO 2002 menghasilkan ketebalan untuk masing-masing lapisan yaitu 3 inci atau 7,62 cm, 6 inci atau 15,24 cm dan 9 inci atau 22,86 cm. Pada perencanaan awal yang yang diperoleh dari Dijen Bina Marga dilaporkan bahwa hasil yang diperoleh untuk tebal perkerasanya adalah untuk lapis permukaan 9 cm, lapis pondasi alas 15 cm, dan lapis pondasi bawah 30 cm, hal tersebut menunjukkan bahwa perbedaan
tebal perkerasan antara perencanaan awal dan pereneanaan ulang cukup banyak.
Collections
- Civil Engineering [4187]
Related items
Showing items related by title, author, creator and subject.
-
Perbandingan Metode Uji Gula Total Pada Sampel Batang Pohon Pisang Menggunakan Metode Fenol-Asam Sulfat Dan Metode Asam Sulfat-Uv Secara Spektrofotometri Sinar Tampak
TASYA KAMILA ZAHRA (Universitas Islam Indonesia, 2021-07-07)Telah dilakukan proses hidrolisis pada sampel batang pohon pisang untuk mengidentifikasi kadar gula total menggunakan perbandingan metode fenol-asam sulfat dan metode asam sulfat-UV secara spektrofotometri sinar tampak. ... -
Analisis Penerapan Metode Fault Tree Analysis (Fta), Metode Job Safety Analysis (Jsa), dan Metode 6s (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke, Safety) Terhadap Para Pekerja di Area Workshop Fabrikasi (Studi Kasus: PT. XYZ) Tugas Akhir
Yulistio, Cesar (Universitas Islam Indonesia, 2023)Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang bergerak dalam produksi barang-barang fisik. Proses utama perusahaan manufaktur melibatkan pengolahan bahan mentah atau bahan baku menjadi produk jadi melalui serangkaian ... -
EVALUASI KONDISI PERKERASAN LENTUR DENGAN METODE PCI DAN METODE LENDUTAN BALIK UNTUK PERBAIKAN (EVALUATION OF FLEXIBLE PAVEMENT BY USING PCI METHODS AND DEFLECTION METHODS FOR MAINTENANCE) (Studi Kasus : jalan kowangan-maron sta. 1+000 sampai dengan 1+600 dan sta. 3+500 sampai dengan 4+500)
Rakhmad Aji Prakosa, 13511283 (Universitas Islam Indonesia, 2018-03-05)Road of Kowangan-Maron in Temanggung Regency was including in the category of secondary collector road. Visually, along the road there are many surfaces road in damaged condition. The damage is quite clearly distinguished ...