Representasi Kekerasan dalam Film Analisis Semiotika Pada Film De Oost
Abstract
Media visual seperti film dan televisi mempunyai kemampuan yang tinggi
dalam menirukan dunia nyata melalui duplikasi realitasnya, sehingga lebih mudah
memahami apa yang disampaikan olehnya dari pada menjelaskannya. Realitas yang
disajikan dalam film merupakan realitas sebenarnya, atau dapat juga berupa realitas
imajinasi. Saat ini sudah banyak film-film dengan berbagai tema dan berisi kritik
sosial terhadap beberapa isu yang tengah berkembang di masyarakat, bahkan tema-
tema yang bersifat sensitif seperti seks atau kekerasan juga banyak dipilih oleh para
pembuat film yang dimasukkan baik secara terang-terangan maupun melalui tanda-
tanda simbolik.
Kemuncul Film De Oost menimbulkan banyak perselisihan pendapat oleh
para ahli sejarah dan para pelaku sejarah itu sendiri. Film ini terinspirasi dan
dilatarbelakangi dari sebuah rangkaian peristiwa sejarah, kekejaman Raymond
Westerling di Sulawesi Selatan yang kala itu bernama Celebes memberantas para
pejuang kemerdekaan Indonesia. Film itu dipuji sebagai "simbol keberanian anak
muda Belanda" yang jujur melihat sejarahnya sendiri. Di sisi lain, sejumlah pihak,
termasuk putri Westerling, mengkritik film itu yang disebutnya "memutarbalikkan
fakta" dan "menyebarkan kebohongan".
Secara keseluruhan, representasi kekerasan dalam film De Oost dari
berbagai teori bentuk kekerasan, kekerasan fisik yang paling dominan ditunjukkan
melalui aksi atau konflik dan dialog yang diucapkan tokoh.
Collections
- Communication [959]