KONTESTASI CITRA BOROBUDUR DALAM MEDIA DAN JURNALISME DIGITAL: REFLEKSI ATAS JURNALISME PARIWISATA
Abstract
Paper ini melihat wajah mutakhir situs pariwisata dalam kacamata jurnalis,
influencer dalam kerangka jurnalisme (travel journalism) sebagai salah satu tradisi
jurnalisme di era globalisasi dan mobilitas manusia antarnegara. Indonesia penting
dicermati karena negara ini memiliki pengguna media sosial terbesar, rumah yang nyaman
bagi pembuat konten digital (content creator), dan tujuan pariwisata dunia. Pendirian
institusi media digital yang lebih sederhana dan efisien membuka peluang model dan
praktek jurnalisme pariwisata yang berbeda dari sebelumnya.
Riset ini memilih situs Candi Borobudur sebagai studi kasusnya. Mengapa
Borobudur? Sejak tahun 2020, pemerintah Indonesia menetapkan Candi Borobudur sebagai
kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN). Pemerintah juga menggelar berbagai proyek
infrastruktur, pengembangan desa wisata di sekitar candi dan membentuk Badan Otorita
Borobudur. Argumen kebijakan ini adalah posisi Borobudur sebagai asset nasional yang
bereputasi internasional, khususnya sebagai destinasi wisata. Kebijakan ini berangkat dari
citra klasik Borobudur sebagai obyek kultural dunia, yang terus dikemas dalam beragam
informasi jurnalistik.
Riset ini menggunakan metode kualitatif untuk menjawab pertanyaan: apa saja
citra Candi Borobudur yang muncul pada berbagai kanal digital liputan wisata? Siapa saja
para pihak yang terkait dalam ekosistem jurnalisme pariwisata dalam kasus candi
Borobudur? Hasil riset menunjukkan fakta fenomena jurnalisme digital yang kompleks
dalam peliputan Candi Borobudur baik yang muncul di media konvensional maupun pada
media digital. Citra yang terbangun dalam liputan digital beragam, reduktif dan cenderung
destruktif karena pola kerja user generated content. Para jurnalis profesional bertarung
dengan influencer, pemandu wisata dan penyuka sejarah dalam membangun narasi
Burobodur tanpa ada dialog langsung dan refleksi kolektif.