Analisis Perbandingan Data Recovery Menggunakan Tools Forensik Berbasis Open Source Pada Linux
Abstract
Cyber Crime adalah salah satu kejahatan dunia maya yang sering terjadi di era
teknologi sekarang ini. Banyak kasus yang terjadi di seluruh dunia seperti pencemaran nama
baik, manipulasi data, pencurian data pribadi, perusakan data, dan lain sebagainya. Dampak
yang diterima sangatlah besar karena data pribadi bisa disalahgunakan oleh pelaku yang
tidak bertanggung jawab. Hal ini disebabkan karena kurangnya penanganan khusus yang
merugikan perusahaan atau perorangan pada data pribadi. Untuk mengatasi masalah tersebut
pemerintah membuat undang – undang ITE yang akan mengakibatkan pelaku pencurian
informasi pribadi dapat dikenakan sanksi pasal 30 ayat (2) undang-undang Nomor 11 Tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang berbunyi “setiap orang dengan
sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses komputer dan/atau sistem elektronik
dengan cara apapun dengan tujuan untuk memperoleh informasi elektronik dan/atau
dokumen elektronik”. Jika data tersebut telah hilang atau dihapus bahkan dirusak maka
seorang ahli forensik mempunyai beberapa cara untuk mengembalikan data yang telah
hilang atau rusak. Salah satunya adalah dengan menggunakan metode recovery data secara
utuh menggunakan tools forensic yaitu Autopsy, FTK Imager, Foremost Recover & Testdisk
Recover. Metode ini banyak digunakan oleh seorang ahli forensik untuk mencari kebenaran
apakah benar data pribadi di ambil dan disalahgunakan. Sayangnya tools Autopsy dan FTK
imager mempunyai kelemahan yaitu beberapa file data yang rusak atau corrupt tidak bisa
dikembalikan secara utuh, hanya bisa di recovery tetapi tidak bisa dibuka. Akan tetapi tools
Autopsy dan FTK Imager masih sering digunakan oleh ahli forensik sebagai alat bantu
mereka untuk menemukan sebuah temuan temuan file. Maka dari itu penelitian ini memakai
pendekatan metode menggunakan foremost recover dan testdisk recover, hanya saja metode
ini tidak bisa di pakai menggunakan Graphic user interface (GUI) tetapi menggunakan CLI
(Command Line) yang ada di system oprasi LINUX. Sebagai ahli forensik harus memahami
cara untuk menggunakan metode tersebut seperti perintah – perintah yang akan dijalankan
nantinya.