Kajian Model Pemikiran Dan Proses Desain Inkremental Pada Pondok Pesantren Studi Kasus Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu
Abstract
Ilmu arsitektur mewarisi ajaran Andrea Palladio di mana desain diasumsikan dilakukan untuk
bangunan dengan skala besar, tempat yang luas dan datar, dibangun tidak bertahap. Asumsi ini
seakan menjadi induk dari teori dan prinsip proses mendesain ilmu arsitektur. Akan tetapi teori
dan prinsip tersebut tidak sepenuhnya dapat diterapkan. Banyak kasus bangunan dirancang dan
dikonstruksi secara bertahap, kadang sporadis, atau inkremental.
Inkremental adalah sebuah proses dimana pembangunan dibangun step by step dan dikembangkan
seiring berjalannya waktu, hal ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas dan luasan. Dengan
pendekatan inkremental, bangunan dibangun bertahap sebagian jadi terlebih dahulu, dan sebagian
lain dikosongkan atau dibiarkan kosong agar pemilik dapat menambahkan atau mengubah ruang
sesuai dengan keperluannya. Patut diduga bahwa model merancang dengan pendekatan Palladio
di atas tidak cukup lagi digunakan untuk menjadi model pemikiran dan proses desain pada kasus
perancangan dan pembangunan. Proses inkremental mungkin membuka diskusi bagaimana model
pemikiran dan proses desain yang lebih merepresentasikan kasus-kasus di masyarakat pada
umumnya.
Salah satu kasus yang menarik adalah proses desain dan pembangunan pondok pesantren yang
umumnya menunjukkan proses inkremental. Siapa inisiator, siapa desainer, dan siapa yang
membuat keputusan desain sering kali tidak jelas. Tidak jelas pula apakah ada rencana yang definitif misalnya dalam bentuk rencana induk (masterplan), atau yang terjadi adalah
pembangunan yang sporadis tidak terencana.
Pada fenomena pesantren tersebut dapat diduga terdapat kesenjangan dalam pemahaman tentang
proses desain dan implementasi nyata di lapangan dengan model pemikiran desain teoritis. Adanya
proses nyata pemikiran desain, proses perancangan, dan pembangunan yang belum jelas pada
kasus inkremental tersebut mengindikasikan masih terbuka pula teorisasinya secara prosedural.
Dari kesenjangan ini dapat dikembangkan pertanyaan penelitian inti dalam yaitu: (a). Bagaimana
proses desain dan pembangunan inkremental yang terjadi nyata di pondok pesantren? (b). Siapa
dan bagaimana peran aktor dalam proses desain Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu
sampai renovasi dan demolisi? (c). Bagaimana model dan proses desain pondok pesantren berbasis
inkremental untuk penyusunan Masterplan guideline pondok pesantren secara umum?
Secara umum, penelitian ini ditujukan untuk memahami proses dan pemikiran desain inkremental
yang nyata terjadi (actually existing) pada praktik lapangan. Secara khusus kajian ini juga untuk
memahami proses tersebut di pondok pesantren pancasila kota Bengkulu agar dapat dikembangkan
menjadi model proses desain dan membangun.
Secara metodologis, penelitian ini merupakan inkuiri partisipatoris dengan studi kasus pada
ondok pesantren pancasila kota Bengkulu. Penelitian dimulai dengan memahami teori pemikiran
dan proses desain pada umumnya dan pondok pesantren pada khususnya. Dilakukan pula kajian
teori untuk memahami proses perancangan rencana inkremental (incremental masterplanning).
Melalui studi kasus pondok pesantren pancasila kota Bengkulu dilakukan kajian retrospektif
proses perancangan dan pembangunan secara mendalam. Kajian ini meliputi langkah-langkah: (1)
pemetaan morfologi ruang dan bangunan pesantren, (2) penelusuran proses membangun (3)
penelusuran pembuatan keputusan desain (siapa aktor yang terlibat dst) (4) penelusuran gagasan
desain awal para aktor (5) analisis berdasarkan morfologi dan gagasan awal untuk mengetahui
faktor penting dan pengaruh dalam proses perancangan dan implementasi konstruksi. Proses ini
dilakukan dengan cara design tools yang diimplementasikan.
Setelah kajian retrospektif kemudian dilakukan kajian prospektif dengan memetakan gagasan ke
depan dst. Dalam proses ini peneliti akan berperan sebagai fasilitator yang mengenalkan berbagai experimental design tools dalam proses perencanaan partisipatif inkremental. Pada perencanaan
ini para aktor akan diamati dan didorong untuk dapat merumuskan strategi perancangan pondok
pesantren mereka. Proses ini kemudian disusun menjadi model masterplan yang diniatkan secara
inkremental.
Setelah melakukan analisis berdasarkan data yang ada, direkomendasikan perancangan
inkremental memiliki 3 dimensi desain pendekatan yaitu: (a). Dimensi desain strategi inkremental
(b) Dimensi desain tahapan inkremental. (c) Dimensi desain skala inkremental . Dalam proses
pengembangan desain dan gagasan terdapat beberapa aktor yang menjadi peran seperti: (a). Peran
Arsitek. Arsitek memiliki peran untuk membantu menyalurkan ide, dan mendesain pondok
pesantren. (b) Peran Pondok. Peran pondok adalah mengatur para aktor dalam proses
pembangunan dan juga memiliki peran untuk permasalahan dana pembangunan.