Show simple item record

dc.contributor.advisorDr. Ing. Ir. Ilya F. Maharika, MA., IAI
dc.contributor.authorEVANDRY RAMADHAN
dc.date.accessioned2023-01-25T03:42:45Z
dc.date.available2023-01-25T03:42:45Z
dc.date.issued2022-08-31
dc.identifier.urihttps://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/41971
dc.description.abstractIlmu arsitektur mewarisi ajaran Andrea Palladio di mana desain diasumsikan dilakukan untuk bangunan dengan skala besar, tempat yang luas dan datar, dibangun tidak bertahap. Asumsi ini seakan menjadi induk dari teori dan prinsip proses mendesain ilmu arsitektur. Akan tetapi teori dan prinsip tersebut tidak sepenuhnya dapat diterapkan. Banyak kasus bangunan dirancang dan dikonstruksi secara bertahap, kadang sporadis, atau inkremental. Inkremental adalah sebuah proses dimana pembangunan dibangun step by step dan dikembangkan seiring berjalannya waktu, hal ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas dan luasan. Dengan pendekatan inkremental, bangunan dibangun bertahap sebagian jadi terlebih dahulu, dan sebagian lain dikosongkan atau dibiarkan kosong agar pemilik dapat menambahkan atau mengubah ruang sesuai dengan keperluannya. Patut diduga bahwa model merancang dengan pendekatan Palladio di atas tidak cukup lagi digunakan untuk menjadi model pemikiran dan proses desain pada kasus perancangan dan pembangunan. Proses inkremental mungkin membuka diskusi bagaimana model pemikiran dan proses desain yang lebih merepresentasikan kasus-kasus di masyarakat pada umumnya. Salah satu kasus yang menarik adalah proses desain dan pembangunan pondok pesantren yang umumnya menunjukkan proses inkremental. Siapa inisiator, siapa desainer, dan siapa yang membuat keputusan desain sering kali tidak jelas. Tidak jelas pula apakah ada rencana yang definitif misalnya dalam bentuk rencana induk (masterplan), atau yang terjadi adalah pembangunan yang sporadis tidak terencana. Pada fenomena pesantren tersebut dapat diduga terdapat kesenjangan dalam pemahaman tentang proses desain dan implementasi nyata di lapangan dengan model pemikiran desain teoritis. Adanya proses nyata pemikiran desain, proses perancangan, dan pembangunan yang belum jelas pada kasus inkremental tersebut mengindikasikan masih terbuka pula teorisasinya secara prosedural. Dari kesenjangan ini dapat dikembangkan pertanyaan penelitian inti dalam yaitu: (a). Bagaimana proses desain dan pembangunan inkremental yang terjadi nyata di pondok pesantren? (b). Siapa dan bagaimana peran aktor dalam proses desain Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu sampai renovasi dan demolisi? (c). Bagaimana model dan proses desain pondok pesantren berbasis inkremental untuk penyusunan Masterplan guideline pondok pesantren secara umum? Secara umum, penelitian ini ditujukan untuk memahami proses dan pemikiran desain inkremental yang nyata terjadi (actually existing) pada praktik lapangan. Secara khusus kajian ini juga untuk memahami proses tersebut di pondok pesantren pancasila kota Bengkulu agar dapat dikembangkan menjadi model proses desain dan membangun. Secara metodologis, penelitian ini merupakan inkuiri partisipatoris dengan studi kasus pada ondok pesantren pancasila kota Bengkulu. Penelitian dimulai dengan memahami teori pemikiran dan proses desain pada umumnya dan pondok pesantren pada khususnya. Dilakukan pula kajian teori untuk memahami proses perancangan rencana inkremental (incremental masterplanning). Melalui studi kasus pondok pesantren pancasila kota Bengkulu dilakukan kajian retrospektif proses perancangan dan pembangunan secara mendalam. Kajian ini meliputi langkah-langkah: (1) pemetaan morfologi ruang dan bangunan pesantren, (2) penelusuran proses membangun (3) penelusuran pembuatan keputusan desain (siapa aktor yang terlibat dst) (4) penelusuran gagasan desain awal para aktor (5) analisis berdasarkan morfologi dan gagasan awal untuk mengetahui faktor penting dan pengaruh dalam proses perancangan dan implementasi konstruksi. Proses ini dilakukan dengan cara design tools yang diimplementasikan. Setelah kajian retrospektif kemudian dilakukan kajian prospektif dengan memetakan gagasan ke depan dst. Dalam proses ini peneliti akan berperan sebagai fasilitator yang mengenalkan berbagai experimental design tools dalam proses perencanaan partisipatif inkremental. Pada perencanaan ini para aktor akan diamati dan didorong untuk dapat merumuskan strategi perancangan pondok pesantren mereka. Proses ini kemudian disusun menjadi model masterplan yang diniatkan secara inkremental. Setelah melakukan analisis berdasarkan data yang ada, direkomendasikan perancangan inkremental memiliki 3 dimensi desain pendekatan yaitu: (a). Dimensi desain strategi inkremental (b) Dimensi desain tahapan inkremental. (c) Dimensi desain skala inkremental . Dalam proses pengembangan desain dan gagasan terdapat beberapa aktor yang menjadi peran seperti: (a). Peran Arsitek. Arsitek memiliki peran untuk membantu menyalurkan ide, dan mendesain pondok pesantren. (b) Peran Pondok. Peran pondok adalah mengatur para aktor dalam proses pembangunan dan juga memiliki peran untuk permasalahan dana pembangunan.en_US
dc.publisherUNIVERSITAS ISLAM INDONESIAen_US
dc.titleKajian Model Pemikiran Dan Proses Desain Inkremental Pada Pondok Pesantren Studi Kasus Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkuluen_US
dc.Identifier.NIM19922004


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record