Rancang Bangun Motor Brushless DC (BLDC ) Untuk Kendaraan Area Perkotaan
Abstract
Polusi udara merupakan masalah serius yang sedang menimpa dunia, tak terkecuali
Indonesia. Dalam hal ini, kendaraan bermotor merupakan penyumbang polusi udara terbanyak.
Selain itu dengan perkembangan teknologi yang semakin meningkat memiliki dampak pada
peningkatan kebutuhan energi, terutama pada energi fosil. Bahan bakar melalui energi fosil
merupakan energi tidak terbarukan yang semakin lama digunakan akan menipis persediaannya.
Motor BLDC merupakan salah satu mesin penggerak yang banyak digunakan pada sektor industri,
salah satunya industri otomotif. Di Indonesia sendiri, pengembangan Motor BLDC masih sangat
terbatas, selain itu untuk melakukan proses produksi kendaraan listrik sebagian besar komponen
Motor BLDC masih mengandalkan komponen dari luar negeri.
Berdasarkan permasalahan yang ditimbulkan, diperlukan upaya untuk mengurangi
penggunaan bahan bakar fosil serta dampak yang ditimbulkan. Salah satu hal yang dapat dilakukan
adalah dengan mengembangkan mesin penggerak listrik dengan tipe Brushless DC (BLDC ),
sehingga nantinya dapat mengurangi masalah polusi dan juga memenuhi kebutuhan sektor
otomotif dalam negeri.
Pada proses perancangan dari Rancang Bangun Motor Brushless DC (BLDC ) untuk
Kendaraan Area Perkotaan harus melewati proses yang sangat panjang pada tahapannya. Dalam
hal ini, metode yang digunakan adalah Design Thinking. Pada usulan desain digunakan pemodelan
dengan konfigurasi 21S10P dengan dimensi diameter luar sebesar 150 mm. Material yang
digunakan dalam perancangan prototipe menggunakan Carbon Steel dan Neodymium N35.
Pemilihan komponen tersebut dilakukan karena banyak tersedia di pasaran dan juga dari segi harga
murah. Sebelum melakukan pemodelan, langkah yang pertama yang harus dilakukan adalah
dengan menentukan kebutuhan daya mekanis dari kendaraan. Daya mekanis kendaraan digunakan
untuk menentukan spesifikasi perancangan motor BLDC.
Pada metode pengujian dan pengukuran, di lakukan pengukuran nilai resistansi, induktansi
dan tahanan isolasi. Lalu pada pengujian dilakukan uji Back EMF dan Pengujian sinyal keluaran
sensor hall, serta pengujian pada kondisi rangkaian tertutup. Pada pengujian Back EMF, nilai yang
dihasilkan belum mampu memenuhi hasil yang sesuai dengan hasil perancangan. Lalu dengan
menggunakan perhitungan nilai Ke, maka didapatkan keluaran torsi sebesar 2,4 Nm. Pada
pengujian sensor hall, didapatkan nilai keluaran sinyal yang sudah sinkron dengan gelombang
keluaran Back EMF, namun terdapat sedikit pergeseran derajat fasa gelombang yang disebabkan
oleh putaran rotor yang kurang presisi. Pada pengujian sistem rangkaian tertutup, prototipe belum
mampu bekerja atau beroperasi sebagaimana mestinya karena kerusakan pada kumparan.
Collections
- Electric Engineering [786]