Show simple item record

dc.contributor.authorArifin, M. Bustanul
dc.contributor.authorMaulana, M. Avif
dc.date.accessioned2016-10-06T03:44:23Z
dc.date.available2016-10-06T03:44:23Z
dc.date.issued2003
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/123456789/402
dc.description.abstractPenggunaan aspal minyak sebagai bahan pengikat pada campuran beton aspal (AC) banyak dijumpai di Indonesia, namun sering dijumpai kelemahan bempa kerusakan akibat beban lalu lintas dan temperatur udara harian tahunan yang tinggi. Banyak cara telah dikembangkan untuk mengatasi masalali ini diantaranya memodifikasi aspal dengan bahan tambah (additive) serat selulosa, lateks, polyolefin dan Iain-lain. Penelitian penggunaan limbah busa lateks sebagai alternatif bahan tambah (additive) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap karakteristik Marshall dan permeabilitas beton aspal. Penelitian ini dilakukan dengan empat tahap. Tahap I untuk mencari kadar aspal optimum (KAO) dengan variasi kadar aspal 4,5 % sampai 6,5 % pada interval 0,5 %menggunakan aspal AC60/70, sehingga didapat KAO sebesar 6,45 %. Tahap II untuk mencari kadar limbah busa lateks optimum dengan variasi kadar limbah busa lateks 0 %, 1 %, 2 %, 3 %, 4 %, dan 5%pada KAO, sehingga didapat kadar limbali busa lateks optimum sebesar 0,35 %. Kedua tahap pengujian diatas dilakukan dilaboratorium menggunakan alat uji Marshall terhadap tiap model benda uji. Tahap III dilakukan pengujian penetrasi dan titik lembek terhadap aspal dengan kadar limbah busa lateks optimum untuk mengetahui perubahan sifat fisik aspal setelali ditambah limbali busa lateks. Tahap IV dibuat model campuran beton aspal dengan limbah busa lateks optimum pada KAO untuk pengujian terhadap durabilitas dengan uji perendaman Marshall dan permeabilitas dengan alat AF-16. Hasil penelitian menunjukkan baliwa limbah busa lateks dapat dimanfaatkan sebagai bahan tambah (additive) untuk campuran beton aspal karena berdasarkan karakteristik Marshall (stabilitas,flow, VFWA, VITM dan Marshall Quotient) penambalian kadar limbah busa lateks pada interval 0% sampai 0,7% memenulii semua persyaratan spesifikasi Bina Marga (1987). Campuran beton aspal dengan limbali busa lateks (LBL) memiliki nilai stabilitas,.//W, VFWA dan Indeks perendaman (IP) lebih tinggi, sedangkan nilai VITM dan Marshall Quotient (MQ) lebih rendah dibandingkan campuran beton aspal tanpa LBL. Dengan limbah busa lateks (LBL) campuran beton aspal memiliki nilai durabilitas lebih tinggi dibandingkan dengan campuran beton aspal tanpa LBL. Koefisien permeabilitas campuran beton aspal dengan limbah busa lateks (LBL) lebih rendah dibandingkan dengan campuran beton aspal tanpa LBL. Berdasarkan klasifikasi yang dibuat oleh Mullen (1967), nilai koefisien permeabilitas beton aspal dengan dan tanpa limbah busa lateks termasuk dalam klasifikasi practically impervious.en_US
dc.publisherUII Yogyakartaen_US
dc.subjectLimbah Busa Lateksen_US
dc.subjectAdditiveen_US
dc.subjectKarakteristik Marshallen_US
dc.subjectPermeabilitasen_US
dc.subjectBeton Aspal (AC)en_US
dc.titlePengaruh Limbah Busa Lateks Sebagai Additive terhadap Karakteristik Marshall dan Permeabilitas Beton Aspal (AC)en_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record