Pengaruh Limbah Busa Lateks Sebagai Additive terhadap Karakteristik Marshall dan Permeabilitas Beton Aspal (AC)
Abstract
Penggunaan aspal minyak sebagai bahan pengikat pada campuran beton
aspal (AC) banyak dijumpai di Indonesia, namun sering dijumpai kelemahan
bempa kerusakan akibat beban lalu lintas dan temperatur udara harian tahunan
yang tinggi. Banyak cara telah dikembangkan untuk mengatasi masalali ini
diantaranya memodifikasi aspal dengan bahan tambah (additive) serat selulosa,
lateks, polyolefin dan Iain-lain. Penelitian penggunaan limbah busa lateks sebagai
alternatif bahan tambah (additive) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruhnya terhadap karakteristik Marshall dan permeabilitas beton aspal.
Penelitian ini dilakukan dengan empat tahap. Tahap I untuk mencari kadar
aspal optimum (KAO) dengan variasi kadar aspal 4,5 % sampai 6,5 % pada
interval 0,5 %menggunakan aspal AC60/70, sehingga didapat KAO sebesar 6,45
%. Tahap II untuk mencari kadar limbah busa lateks optimum dengan variasi
kadar limbah busa lateks 0 %, 1 %, 2 %, 3 %, 4 %, dan 5%pada KAO, sehingga
didapat kadar limbali busa lateks optimum sebesar 0,35 %. Kedua tahap pengujian
diatas dilakukan dilaboratorium menggunakan alat uji Marshall terhadap tiap
model benda uji. Tahap III dilakukan pengujian penetrasi dan titik lembek
terhadap aspal dengan kadar limbah busa lateks optimum untuk mengetahui
perubahan sifat fisik aspal setelali ditambah limbali busa lateks. Tahap IV dibuat
model campuran beton aspal dengan limbah busa lateks optimum pada KAO
untuk pengujian terhadap durabilitas dengan uji perendaman Marshall dan
permeabilitas dengan alat AF-16.
Hasil penelitian menunjukkan baliwa limbah busa lateks dapat
dimanfaatkan sebagai bahan tambah (additive) untuk campuran beton aspal karena
berdasarkan karakteristik Marshall (stabilitas,flow, VFWA, VITM dan Marshall
Quotient) penambalian kadar limbah busa lateks pada interval 0% sampai 0,7%
memenulii semua persyaratan spesifikasi Bina Marga (1987). Campuran beton
aspal dengan limbali busa lateks (LBL) memiliki nilai stabilitas,.//W, VFWA dan
Indeks perendaman (IP) lebih tinggi, sedangkan nilai VITM dan Marshall
Quotient (MQ) lebih rendah dibandingkan campuran beton aspal tanpa LBL.
Dengan limbah busa lateks (LBL) campuran beton aspal memiliki nilai durabilitas
lebih tinggi dibandingkan dengan campuran beton aspal tanpa LBL. Koefisien
permeabilitas campuran beton aspal dengan limbah busa lateks (LBL) lebih
rendah dibandingkan dengan campuran beton aspal tanpa LBL. Berdasarkan
klasifikasi yang dibuat oleh Mullen (1967), nilai koefisien permeabilitas beton
aspal dengan dan tanpa limbah busa lateks termasuk dalam klasifikasi practically
impervious.
Collections
- Civil Engineering [4258]