Show simple item record

dc.contributor.advisorAnang Hermawan, S.Sos., M.A.
dc.contributor.authorREZKY SULHANA SIREGAR
dc.date.accessioned2022-11-03T03:00:29Z
dc.date.available2022-11-03T03:00:29Z
dc.date.issued2022-05-30
dc.identifier.urihttps://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/40181
dc.description.abstractPindah dan tinggal di tempat yang sebelumnya tidak dikenal mungkin menjadi perhatian setiap individu karena semua gaya hidup yang dihadapi berbeda dari budaya dan lingkungan sebelumnya. Pelajar Sumatera Utara yang datang ke Yogyakarta, perlu beradaptasi dengan lingkungan dan budaya baru mereka sebagai Pelajar. Oleh karena itu penulis ingin mencari tahu Tahapan gegar budaya yang terjadi pada mahasiswa Sumatera Utara di Yogyakarta, menjeleskan apa yang menjadi penyebab gegar budaya mahasiswa Sumatera Utara di Yogyakarta, dan mendeskripsikan upaya apa saja yang dilakukan mahasiswa Sumatera Utara untuk mengatasi gegar budaya di Yoyakarta. Dalam menelaah secara mendalam, peneliti menggunakan pendekatan penelitian deskriptif Fenomenologi yang menjelaskan fenomena dan maknanya bagi individu dengan melakukan wawancara pada sejumlah individu. Pendekatan fenomologi berupaya membiarkan realitas mengungkapkan dirinya sendiri secara alami. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa tahapan mahasiswa asal Sumatera Utara yang mengalami fenomena gegar budaya terbagi menjadi empat tahapan, diantaranya: 1) Merasa antusias (mengalami fase honeymoon); 2) Merasa kesulitan (mengalami fase crisis); 3) Merasa mampu beradaptasi (mengalami fase recovery); dan 4) Merasa nyaman (mengalami fase adjustment). Penyebab gegar budaya yang dialami mahasiswa asal Sumatera Utara di Yogyakarta diantaranya adalah: 1) Perbedaan budaya menjadi faktor penyebab terjadinya gegar budaya bagi mahasiswa asal Sumatera Utara untuk beradaptasi dan berbaur dengan lingkungan sosialnya; 2) Bahasa merupakan faktor komunikasi yang sangat penting dalam berkomunikasi. Kendala bahasa merupakan keterbatasan dalam budaya efektif, dan hampir semua informan tidak mengenal percakapan yang menggunakan bahasa Jawa karena bukan bahasa Jawa dan bukan bahasa pengantar yang digunakan di Sumatera Utara. Upaya yang dilakukan mahasiswa asal Sumatera Utara dalam mengahadapi fenomena gegar budaya di Yogyakarta diantaranya: 1) Mempelajari budaya, akan lebih baik jika mau mempelajari budaya baru, dengan budaya baru yang sedang mereka masuki untuk melancarkan proses beradaptasi; 2) Mempelajari bahasa (Bahasa Jawa) untuk memahami komunikasi dengan lingkungan sosial dapat menciptakan pemahaman dan evaluasi sosial bagi mahasiswa asal Sumatera Utara.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectAnalisis Fenomenologien_US
dc.subjectGegar Budayaen_US
dc.subjectKomunikasi Antar Budayaen_US
dc.titleFenomena Gegar Budaya Dan Adaptasi Budaya Mahasiswa Sumatera Utara Di Yogyakartaen_US
dc.Identifier.NIM17321018


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record