Disiplin Dan Penjagaan Ingatan : Ruang Keramat Pada Gunung Gambar Sebagai Pelestarian Lingkungan
Abstract
Salah satu daerah yang memiliki banyak gunung adalah kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.
Luas dari pegunungan karst ini kurang lebih sekitar 807 km persegi, atau seluas 53% dari luas
kabupaten Gunungkidul. Dari sekian gunung karst yang berada di kabupaten Gunungkidul,
gunung Gambar merupakan salah satu tempat yang tidak terdampak dari penambangan karst.
Gunung Gambar dalam pandangan masyarakat sekitarnya adalah tempat keramat. Sebenarnya
banyak tempat keramat yang terdapat di Gunungkidul. Namun tidak semua tempat keramat
mempunyai korelasi dengan pelestarian lingkungan. Korelasi yang timbul ini diasumsikan oleh
peneliti sebagai bentuk dari disiplin dan penjagaan ingatan oleh masyarakatnya. Hal inilah yang
menarik bagi peneliti untuk meneliti gunung Gambar menggunakan konsep komunikasi
geografi serta teori dicipline dari Michael Foucault dan orality & literacy dari Walter J. Ong.
Dengan metode etnografi, didapati temuan; tempat keramat bukan merupakan sesuatu yang
tiba-tiba ada namun merupakan ruang yang dikonstruk oleh institusi masyarakat berdasarkan
serangkaian peristiwa yang terjadi seperti pertapaan Ki Ageng Gadingmas dan kedatangan
pangeran Sambernyawa. Lalu untuk disiplin, menurut Foucault terdapat 4 prosedur
pengkondisian disiplin, meliputi distribusi ruang, time table, administrasi komulatif , dan
konfigurasi tenaga yang semuanya terdapat di gunung Gambar. Disiplin dapat mengontrol
tubuh masyarakat dan pezirah untuk menjaga norma dan alam di gunung Gambar. Lalu ingatan
mengenai gunung Gambar ini terus dijaga secara turun-temurun dengan tradisi kelisanan
menggunakan teknik menemoic melalui cerita heroik yang disampaikan dengan sruti, kidung,
dan tarian gambyong berupa jathilan. Sehingga pengetahuan mengenai tempat keramat gunung
Gambar dapat terjaga dari generasi ke generasi.
Collections
- Economics [2152]