Perbaikan Stasiun Kerja Yang Ergonomis Guna Mengurangi Risiko Work-Related Musculoskeletal Disorders (Studi Kasus Pt. Yamaha Indonesia)
Abstract
Perusahaan yang membutuhkan banyak aktivitas kerja secara manual, tidak menutup
kemungkinan tenaga manusia menjadi peran utama dalam penanganannya. Akan tetapi
ironisnya seringkali dijumpai pada perusahaan yang proses produksinya tidak
menerapkan sarana kerja berstandar ergonomis. Padahal penerapan aspek ergonomi
bertujuan untuk mengurangi risiko keselamatan kerja salah satunya risiko
Musculoskeletal Disorders (MSDs) yaitu masalah signifikan yang menimbulkan rasa
sakit, nyeri, ataupun mati rasa pada segmen tubuh. Oleh karena itu diperlukan suatu
alternatif antara lain merancang postur kerja, peralatan kerja, dan kondisi pendukung
lainnya agar operator dapat bekerja secara teratur tanpa menyebabkan sakit yang
berarti. Saat ini stasiun kerja Silent Sub Assy UP di PT. Yamaha Indonesia, aktivitas
kerjanya masih dilakukan secara manual. Sementara itu keadaan postur kerja, peralatan
kerja ataupun sarana kerja lainnya masih belum diperhatikan dan difasilitasi dari aspek
manusianya yaitu ergonomi. Sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan risiko MSDs.
Berdasarkan hal tersebut, dilakukan identifikasi penyebab dan diproses mana terjadinya
risiko MSDs tertinggi menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).
Setelah diidentifikasi, melakukan kuesioner Nordic Body Map (NBM) guna mengetahui
segmen tubuh yang mengalami rasa sakit, selain itu melakukan analisis postur tubuh
untuk mengetahui level risiko dan jenis tindakan dengan metode Rapid Entire Body
Assessment (REBA). Langkah akhir, perancangan usulan alat bantu kerja yang
mempertimbangkan aspek manusianya dengan tools antropometri guna mengetahui
dimensi yang sesuai pada manusia. Hasil yang diperoleh adalah berdasarkan AHP,
terjadinya risiko MSDs tertinggi pada proses electrical assy Bawah dengan hasil bobot
prioritas sebesar 0,44336, kemudian jika dilihat dari hasil NBM operator electrical assy
Bawah mengalami keluhan di bagian leher Atas , leher Bawah , punggung dan pinggang.
Sementara itu dari hasil analisis REBA diketahui level risiko sangat tinggi dengan skor
11 yang berarti perlu dilakukan tindakan saat ini juga. Maka pada penelitian ini
mengusulkan alat bantu kerja berupa lifter dan Saddle Stool serta menggunakan dimensi
antropometri tinggi popliteal (TPO) dan Tinggi Lutut (TL) sebagai acuan tinggi lifter
dan tinggi minimum/maximum Saddle Stool.
Collections
- Industrial Engineering [2235]