Karakteristik Gizi Buruk Pada Anak Balita Di Puskesmas Kasihan 1 Bantul, Yogyakarta
Abstract
Latar Belakang : Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang
kekurangan nutrisi, atau nutrisinya di bawah standar. Gizi buruk banyak dialami
oleh bayi dibawah lima tahun (balita). Menurut data di Kantor Dinas Kesehatan
Bantul, Pada tahun 2007 angka anak gizi buruk di Bantul mencapai 338 anak.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh staf gizi seksi gizi buruk Dinas
Kesehatan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, gizi buruk tersebut disebabkan
oleh beberapa hal yaitu: keterbatasan pengetahuan ibu tentang gizi, cara
pemberian makanan yang tepat, pola asuh anak, kondisi kesehatan, penyakit
penyerta dan status ekonomi.
Tujuan Penelitian :.Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui
karakteristik gizi buruk pada anak balita di wilayah Puskesmas Kasihan I, Bantul.
Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mengetahui kelompok umur anak, jenis
kelamin anak, tingkat pendidikan orang tua anak, pekerjaan orang tua anak,
jumlah anggota keluarga dan pengaruh penyakit penyerta terhadap kejadian gizi
buruk pada anak.
Metode Penelitian : Jenis Penelitian ini adalah penelitian non eksperimental
(observasional) deskriptif dengan menggunakan rancangan cross sectional.
Pengambilan data primer berupa wawancara dengan orang tua anak yang
dilakukan di wilayah Puskesmas Kasihan I dan data sekunder berupa data balita
gizi buruk periode 1 januari 2009 – 31 Desember yang didapatkan dari rekam
medis Puskesmas Kasihan I Bantul, Yogyakarta.
Hasil Penelitian : Hasil penelitian yang didapatkan dari wilayah Puskesmas
Kasihan I Bantul sampel sebanyak 62 populasi yang berstatus gizi buruk.
Berdasarkan penggolongan menurut umur sering terjadi pada kelompok umur 12-
23 bulan sebanyak 22 orang (35,48%), menurut jenis kelamin terbanyak terjadi
pada anak laki-laki 32 orang (51,61%),menurut tingkat pendidikan orang tua
terbanyak pada ayah yaitu SD 41 orang (41%) dan pada ibu terbanyak SMA 22
orang (35,48%), menurut pekerjaan terbanyak pada ayah yaitu buruh 41 orang
(66,13%) dan pada ibu kebanyakan tidak bekerja 28 orang (45,16%), dan penyakit
penyerta terbanyak yaitu ISPA 21 orang (33,87%).
Simpulan : Perlu dilakukan upaya untuk memprioritaskan rencana program
intervensi dan tindak lanjut perbaikan gizi agar dapat memperbaiki status gizi
anak, serta memberikan perawatan sedini mungkin untuk menyembuhkan
penyakit penyerta yang menyertai kejadian gizi buruk.
Kata Kunci : Gizi buruk, faktor risiko, balita, status gizi
Collections
- Medical Education [2279]