Analisis Stabilitas Lereng Timbunan Pada Badan Jalan Dengan Menggunakan Perkuatan Geotekstil (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Jalan Tol Indralaya- Muara Enim Seksi Prabumulih- Muara Enim, Sumatera Selatan, Sta. 97+100) Diajukan Kepada Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana Teknik Sipil
Abstract
Pembangunan Jalan Tol Ruas Indralaya-Muara Enim Seksi Prabumulih- Muara Enim,
Provinsi Sumatera Selatan adalah pembangunan jalan tol lanjutan dari beberapa jalan tol
sebelumnya yang telah dibangun di Pulau Sumatera yang berguna untuk meningkatkan integritas di
seluruh Provinsi yang ada di Pulau Sumatera. Pada jalan tol ini mempunyai beragam lereng yang
terbuat dari galian dan timbunan tanah untuk jalan. Pada penelitian ini lereng timbunan yang ditinjau
dikhususkan pada Stasiun 97+100 dengan ketinggian lereng yang beragam dan bervariasi yaitu 3
meter sampai 12 meter. Lereng timbunan dilakukan analisis dengan dua kondisi, yaitu pada saat
kondisi masa konstruksi dan pada saat pasca konstruksi. Parameter yang ditambahkan pada
penelitian ini adalah tanah Replacement yang digunakan untuk mengetahui seberapa
berpengaruhnya terhadap lereng timbunan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan
nilai angka aman (SF) dan seberapa besarnya nilai angka konsolidasi yang terjadi selama 365 hari
atau satu tahun.
Pada penelitian ini analisis stabilitas lereng dilakukan dengan metode elemen hingga dengan
program plaxis 8.6. Pada penelitian ini menggunakan variasi ketinggian lereng timbunan 3 meter, 6
meter, 9 meter, dan 12 meter. Permodelan lereng timbunan yaitu pada saat masa konstruksi dan pada
saat pasca konstruksi dengan jenis tanah asli dan tanah Replacement, sedangkan untuk perencanaan
perkuatan pada lereng timbunan yang tidak mencapai nilai angka aman digunakan perkuatan
geotekstil woven UW-250 yang diproduksi oleh PT. Teknindo Geosistem Unggul.
Nilai angka aman untuk lereng timbunan 3 meter tanah asli pada saat masa konstruksi sebesar
1,5257 dan 1,3345 pada saat pasca konstruksi, sedangkan untuk tanah Replacement pada saat masa
konstruksi sebesar 2,0143 dan 1,7181 pada saat pasca konstruksi. Pada lereng timbunan 6 meter
tanah asli dihasilkan nilai angka aman pada saat masa konstruksi sebesar 1,2564 dan 1,2556 pada
saat pasca konstruksi, sedangkan untuk tanah Replacement pada saat masa konstruksi sebesar 1,4479
dan 1,3387 pada saat pasca konstruksi. Pada lereng timbunan 9 meter tanah asli dihasilkan nilai
angka aman pada saat masa konstruksi sebesar 1,1046 dan 1,1030 pada saat pasca konstruksi,
sedangkan untuk tanah Replacement pada saat masa konstruksi sebesar 1,2338 dan 1,1716 pada saat
pasca konstruksi. Pada lereng timbunan 12 meter tanah asli dihasilkan nilai angka aman pada saat
masa konstruksi sebesar 1,0154 dan terjadi collapse pada saat pasca konstruksi, sedangkan untuk
tanah Replacement pada saat masa konstruksi sebesar 1,0892 dan 1,0488 pada saat pasca konstruksi.
Kemudian pada lereng timbunan 6 meter sampai 12 meter untuk tanah asli dan tanah Replacement
yang diperkuat geotekstil menunjukkan peningkatan nilai angka aman yang signifikan dan telah
mencapai nilai angka aman lebih dari 1,3 yang disyaratkan.
Collections
- Civil Engineering [4192]