dc.description.abstract | Berawal dari perempuan berambut blonde atau sering disebut juga perempuan
berambut pirang yang mendapatkan persepsi buruk. Secara umum, orang mempunyai
2 hal mengenai persepsi perempuan pirang yaitu, seorang perempuan dengan rambut
pirang diartikan sebagai orang yang kuat dan menarik yang sering dijelaskan dalam
film dan majalah yang kedua, perempuan berambut pirang disebut perempuan yang
bodoh, tidak pandai dan biasanya mengutamakan fashion atau kecantikan. Kejadian
ini ditunjukkan dengan sebutan lain yaitu, blonde jokes atau lelucon perempuan
berambut pirang. Lelucon ini sering kali terlihat seperti jokes dumb blonde, bertujuan
agar menjatuhkan dan menghujat perempuan pirang dengan menunjukkan perilaku
konyol perempuan pirang.
Metode yang dipakai oleh peneliti berupa metode semiotika Roland Barthes
dengan dua tahapan yaitu denotasi dan konotasi serta dihubungkannya dengan mitos
yang ada di masyarakat, dari hasil temuan data peneliti menemukan sebanyak 13
scene yang menunjukkan stereotip pada perempuan blonde. Dua film yang dipilih
sebagai objek penelitian yakni Legally Blonde 1 dan Legally Blonde 2. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis penggambaran perempuan blonde dalam
film Legally Blonde 1 dan 2 dan bagaimana perempuan blonde melawan prasangka
sosial atau stereotip dalam film Legally Blonde dan salah satu tujuan melakukan
penelitian ini adalah untuk mengungkap suatu stereotip mengapa ada julukan “dumb
blonde”. Peneliti menganggap bahwa dibelakang sebuah masalah membutuhkan
pembuktian yang benar melalui penelitian agar terciptanya solusi atas masalah yang
diteliti.
Film ini menampilkan realita perempuan pirang melalui konflik-konflik
berupa problematika pada perempuan pirang yang berperan sebagai seseorang yang
menjadi korban stereotip blonde bernama Elle. Film ini menghadirkan dua konsep
pemikiran yang saling bertentangan yaitu konsep stereotip dan tidak membenarkan
stereotip blonde dalam memandang perempuan pirang. | en_US |